PROSES
PEMBELAJARAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH
Oleh
Ade
Irawan Setiawan
Berbicara adalah salah
satu keterampilan berbahasa, selain keterampilan menyimak, membaca, dan
menulis. Dibandingkan dengan dengan keterampilan bahasa yang lain, keterampilan
berbicara lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa termasuk siswa
di sekolah. Hal itu disebabkan keterampilan berbicara menghendaki penguasaan
secara spesifik untuk mengungkapkan ide atau gagasan yang kritis dan kreatif,
serta harus menguasi lambang-lambang bunyi. Keterampilan ini bukanlah suatu
jenis keterampilan yang dapat diwariskan secara turun temurun walaupun pada
dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara.
Siswa yang mempunyai
keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh
penyimaknya. Berbicara menunjang keterampilan membaca dan menulis. Menulis dan
berbicara mempunyai kesamaan yaitu
sebagai kegiatan produksi bahasa dan bersifat menyampaikan informasi. Kemampuan
siswa dalam berbicara juga akan bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami
bacaan. Akan tetapi, masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua siswa
mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Oleh sebab itu, pembinaan keterampilan
berbicara harus dilakukan sedini mungkin.
Pembelajaran
berbicara dimaksudkan agar siswa mampu mempelajari keterampilan berbicara yang
di dalamnya juga terdapat hakikat penguasaan linguistik terapan dan
konten-konten tertentu yang diasumsikan memperkaya pengetahuan siswa. Dalam
menyusun perencanaan pembelajaran yang baik, seorang guru harus memahami
prinsip-prinsip pembelajaran dengan baik. Hal ini dikarenakan dengan memahami
prinsip pembelajaran, seorang guru dapat bertindak dalam arti melakukan
pembelajaran sesuai dengan pokok dan kaidah yang berlaku. Guna dapat menjadi
seorang guru bahasa yang handal, penguasaan atas prinsip-prinsip pemebelajaran
bahasa menjadi sebuah keharusan. Proses pembelajaran berbicara pada sekolah
menengah dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu :
A.
Prinsip Pembelajaran Bahasa
Prinsip pembelajaran
bahasa merupakan teori-teori dasar yang melandasi terlaksananya proses
pembelajaran bahasa. Ditinjau dari sudut pandangannya prinsip pembelajaran
bahasa secara umum dapat dikategorikan
menjadi tiga jenis, yaitu :
1)
Prinsip Pembelajaran Bahasa dari sudut pandang Filosofis.
Ditinjau dari segi
filosofis (keilmuan dan filsafat) minimalnya ada empat teori dasar filsafat
yang dapat dijadikan prinsip pembelajaran bahasa,empat prinsip dasar itu
diantaranya:
a)
Humanisme.
Dalam teori humanisme, setiap siswa memiliki tanggung
jawab terhadap pembelajaran mereka masing-masing, mampu mengambil keputusan
sendiri, memilih dan mengusulkan aktivitas yang akan dilakukan mengungkapkan
perasaan dan pendapat mengenai kebutuhan, dan kesenangannya. Dalam hal ini,
guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran, bukan menyampaikan pengetahuan.
b)
Progresivisme
Menurut Saud et.al. (2006) prinsip Progresivisme
pembelajaran bahasa berisi wawasan tentang penguasaan pengetahuan dan
keterampilan tidak bersifat mekanistis tetapi memerlukan daya kreasi. Pemerolehan
pengetahuan dan keterampilan melalui kreativitas ini berkembang secara
berkesinambungan. Dalam proses belajarnya, siswa sering kali
dihadapkan pada masalah yang memerlukan pemecahan secara baru.
c)
Rekonstruksionisme
Saud et.al. (2006) menyatakan bahwa prinsip
rekonstruksionisme beranggapan bahwa proses belajar disikapi sebagai
kreativitas dalam menata serta menghubungkan pengalaman dan pengetahuan hingga
membentuk suatu keutuhan.
2)
Prinsip Pembelajaran Bahasa dari Sudut Pandang Pembelajaran
Bahasa.
Ditinjau dari segi
pembelajaran bahasa, prinsip pembelajaran terdiri atas tiga domain pembelajaran
bahasa yakni kognitif, afektif, dan kompetensi linguistik.
a.
Prinsip Kognitif
Prinsip
kognitif pemebelajaran bahasa dapat dikatakan sebagai prinsip pembelajaran
bahasa yang menenkankan diri pada domain kognitif dengan fokus utamanya adalah
mental dan fungsi intelektual. Prinsip kognitif ini terdiri atas prinsip-prinsip
sebagai berikut, yaitu :
Ø Prinsip pertama :
keotomatisan
Secara umum dapat dikatakan bahwa anak akan secara
otomatis memperoleh bahasa (kata-kata,imbuhan-imbuhan,kalimat-kalimat, aturan-aturan, dan
yang lainnya) dengan hanya memberikan sedikit perhatian terhadap penggunaan
bahasa di lingkungan sekitarnya. ( Barry Mc. Laughlin dan Brown : 2001 )
Ø Prinsip kedua :
Pembelajaran bermakna
Pembelajaran bermakna dapat diartikan bahwa proses
pembelajaran harus mampu memberikan penyadaran kepada siswa bahwa apa yang
dipelajarinya sangat berguna bagi dirinya, baik pada masa sekolah maupun pada
masa yang akan datang.
Ø Prinsip ketiga :
penghargaan
Menurut B.F. Skinner pembelajaran akan
berlangsung dengan baik apabila benar-benar menyajikan stimulus yang banyak
untuk menghasilkan respon sebanyak-banyaknya serta diikuti dengan penguatan tas
respon yang telah dihasilkan tersebut.
Ø Prinsip keempat :
motivasi intrinsik
Guna membangkitkan motivasi intrinsik
pada siswa seorang guru harus mampu menyusun perencanaan pembelajaran yang
berfungsi sebagai pembentuk motivasi intrinsik siswanya.
Ø Prinsip kelima :
investasi strategik
Pembelajaran dilakukan dengan
mengoptimalkan guru sebagai pusat proses pembelajaran. Dalam kondisi ini siswa
dianggap tidak memegang peranan penting bagi dirinya sendiri dalam mencapai
prestasi belajar.
b.
Prinsip Afektif.
Prinsip afektif
merupakan prinsip pembelajaran yang menekankan pada aspek emosional. Beberapa
prinsip pembelajaran efektif diuraikan sebagai berikut :
a.
Prinsip ke-6 : sikap bahasa
b.
Prinsip ke-7 : kepercayaan diri
c.
Prinsip ke-8 : pengambilan risiko
d.
Prinsip ke-9 : hubungan bahasa dan budaya
3)
Prinsip Ilmu Bahasa
Prinsip pembelajaran
bahasa terakhir berhubungan dengan bahasa itu sendiri. Dalam hal ini,
prinsip-prinsip berikut akan menghubungkan siswa dengan sistem linguistik yang
sangat kompleks sebagai bagian bagi keberhasilannya dalam mempelajari bahasa
tujuan.
a.
Prinsip ke- 10 : Pengaruh bahasa ibu
b.
Prinsip ke-11 : Bahasa pengantar
c.
Prinsip ke-12 : kompetensi komunikatif yang terdiri dari
beberapa kompetensi pendukung.diantaranya (1) kompetensi gramatikal dan wacana,
(2) kompetensi pragmatic dan sosiolinguistik,(3) kompetensi strategi,dan (4)
Kompetensi psikomotorik (pelafalan).
B.
Prinsip Pembelajaran Berbicara
Pelaksanaan
pembelajaran berbicara akan mampu berjalan dengan baik jika seorang guru
memahami benar prinsip-prinsip pempelajaran berbicara. Selanjutnya, Brown
(2001) mengemukakan beberapa prinsip pembelajaran berbicara sebagai berikut :
a)
Gunakan teknik pembelajaran yang mampu menaungi seluruh kebutuhan
siswa, baik pada pembelajaran berbicara yang memfokuskan diri pada keakurasian
bahasa maupun pembelajaran menyimak berbasis penyampaian pesan secara
interaktif,bermakna,dan penuh pemahaman.
b)
Kembangkan motivasi intrinsic pada diri siswa selama pembelajaran
berbicara.
c)
Kembangkan penggunaan bahasa otentik dalam konteks yang
bermakna bagi siswa sebagai bahan ajar berbicara.
d)
Berilah koreksi dan umpan balik atas kinerja berbicara siswa
secara teratur dan berkesinambungan selama pembelajaran berbicara.
e)
Manfaatkan hubunga alamiah antara kemampuan berbicara dengan
kemampuan menyimak sebagai sarana pembelajaran berbicara terintegrasi
f)
Berilah setiap siswa peluang untuk berinisiasi dalam kegiatan
komunikasi lisan.
g)
Gunakanlah berbagai strategi pengembangan berbicara yang
dapat merangsang kemampuan siswa berkembang.
C.
Orientasi Pembelajaran Berbicara
Setiap kegiatan pembelajaran
diharapkan dapat mencapai target hasil belajar tertentu. Salah satu target
hasil belajar yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran berbicara di
sekolah menengah adalah siswa. Keterampilan berbicara harus
dikuasai oleh pakarena keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh
proses belajar siswa di sekolah. Keberhasilan
belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di
sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan berbicara mereka. Siswa
yang tidak mampu berbicara dengan baik
dan benar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk
semua mata pelajaran.
Pembelajaran berbicara di sekolah menengah dilaksanakan dengan berbagai
metode. Setiap metode pembelajaran berbicara mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Metode yang satu akan melengkapi metode yang lain. Guru dapat
memilih salah satu atau menggabungkan berbagai metode sesuai dengan kondisi
siswa dan tersedianya sarana pendukung lainnya. Selain itu, guru juga boleh
menciptakan model baru dalam pelaksanaan pembelajaran berbicara.
Pendekatan pengalaman berbahasa merupakan salah satu
metode yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan kelancaran dalam
berbicara di sekolah menengah, karena dalam pendekatan pengalaman berbahasa,
materi dikembangkan oleh guru
bersama-sama dengan muridnya secara tatap muka. Dalam kegiatan pengembangan
materi itu dapat dikembangkan semua
keterampilan berbahasa; menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis. Dengan padukannya semua
keterampilan dalam suatu kegiatan itu guru dituntut untuk lebih kreatif.
Orientasi pembelajaran berbicara dilaksanakan untuk
mencapai berbagai tujuan. Secara esensial minimal ada empat tujuan penting
dalam pembelajaran berbicara di sekolah, yaitu (1) membentuk kepekaan siswa
terhadap sumber ide, (2) membangun kemampuan siswa menghasilkan ide, (3) melatih
kemampuan berbicara untuk berbagai tujuan, dan (4) membina kreativitas
berbicara siswa. Pembinaan dan pengembangan keterampilan
berbicara siswa di sekolah menengah menjadi tanggung jawab guru-guru bahasa
Indonesia. Mereka harus dapat menciptakan suasana dan kesempatan belajar
berbicara bagi siswa-siswa. Mereka harus sabar dan tekun memotivasi dan melatih
siswa berbicara. Karena itu guru bahasa Indonesia harus mengenal, mengetahui,
menghayati, dan dapat menerapkan berbagai teknik, teknik atau cara mengajarkan
keterampilan berbicara, sehingga pengajaran berbicara menarik, merangsang,
bervariasi, dan menimbulkan minat belajar berbicara bagi siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Abidin, Yunus. (2012). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan
Karakter. Bandung: Refika Aditama.