Sunday, January 31, 2016

puisi chairil anwar

AKU
Karya: Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Derai-derai Cemara
Karya: Chairil Anwar
Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

Tuti Artic
Karya: Chairil Anwar
Antara bahagia sekarang dan nanti jurang ternganga,
adikku yang lagi keenakan menjilat es artic;
sore ini kau cintaku, kuhiasi dengan susu + coca cola
isteriku dalam latihan; kita hentikan jam berdetik.
Kau pintar benar bercium, ada goresan tinggal terasa
-ketika kita bersepeda kuantar kau pulang -
panas darahmu, sungguh lekas kau jadi dara,
mimpi tua bangka ke langit lagi menjulang.
Pilihanmu saban hari menjemput, saban kali bertukar;
Besok kita berselisih jalan, tidak kenal tahu:
Sorga hanya permainan sebentar.
Aku juga seperti kau, semua lekas berlalu
Aku dan Tuti + Greet + Amoi… hati terlantar,

Lagu Siul
Karya: Chairil Anwar
Laron pada mati
Terbakar di sumbu lampu
Aku juga menemu
Ajal di cerlang caya matamu
Heran! Ini badan yang selama berjaga

Tak Sepadan
Karya: Chairil Anwar
Aku kira:
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa Ahasveros
Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak saru juga pintu terbuka
Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak ‘kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangga
Habis hangus di api matamu
‘Ku kayak tidak tahu saja
Cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar.

Cintaku Jauh di Pulau
Karya: Chairil Anwar
Cintaku jauh di pulau
Gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya
Di air yang tenang, di angin mendayu
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.


Sajak Putih
Karya: Chairil Anwar
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah…

Prajurit Jaga Malam
Karya: Chairil Anwar
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!


Cintaku Jauh di Pulau
Karya: Chairil Anwar
Cintaku jauh di pulau
Gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya
Di air yang tenang, di angin mendayu
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.


Yang Terampas Dan Yang Terputus
Karya: Chairil Anwar
Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
Menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
Malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin
Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
Tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku.

Rumahku
Karya: Chairil Anwar
Rumahku dari unggun-timbun sajak
Kaca jernih dari luar segala nampak
Kulari dari gedong lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalan
Kemah kudirikan ketika senjakala
Di pagi terbang entah ke mana
Rumahku dari unggun-timbun sajak
Di sini aku berbini dan beranak
Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
Jika menagih yang satu

Senja Di Pelabuhan Kecil
Karya: Chairil Anwar
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

Malam
Karya: Chairil Anwar
Mulai kelam
belum buntu malam
kami masih berjaga
Thermopylae?
jagal tidak dikenal?
tapi nanti
sebelum siang membentang
kami sudah tenggelam hilang

Malam Di Pegunungan
Karya: Chairil Anwar
Aku berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin,
Jadi pucat rumah dan kaku pohonan?
Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin:
Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!

Krawang – Bekasi
Karya: Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

Hampa
Karya: Chairil Anwar
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.

Doa
Karya: Chairil Anwar
kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cahyaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku
Karya: Chairil Anwar
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
13 November 1943

Diponegoro
Karya: Chairil Anwar
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU
Karya: Chairil Anwar
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang

Friday, January 6, 2012

Fonologi, Morfologi dan Sintaksis Bahasa Indonesia

A.  FONOLOGI
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut fungsinya. Dengan demikian fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.
Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian, yakni:
1. Fonetik
Fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi – bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.
Macam –macam fonetik :
a. fonetik artikulatoris yang mempelajari posisi dan gerakan bibir, lidah dan organ-organ manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi bahasa
b. fonetik akustik yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana mereka didengarkan oleh telinga manusia
c. fonetik auditori yang mempelajari persepsi bunyi dan terutama bagaimana otak mengolah data yang masuk sebagai suara

2. Fonemik
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi – bunyi bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna.
Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk membedakan arti.




B.     FONEM
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti.
Fonemisasi adalah usaha untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut.
Fonem sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk bunyi.Misalkan dalam bahasa Indonesia bunyi [k] dan [g] merupakan dua fonem yang berbeda, misalkan dalam kata "cagar" dan "cakar". Tetapi dalam bahasa Arab hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya ada fonem /k/.
Sebaliknya dalam bahasa Indonesia bunyi [f], [v] dan [p] pada dasarnya bukanlah tiga fonem yang berbeda. Kata provinsi apabila dilafazkan sebagai [propinsi], [profinsi] atau [provinsi] tetap sama saja.
Fonem tidak memiliki makna, tapi peranannya dalam bahasa sangat penting karena fonem dapat membedakan makna. Misalnya saja fonem [l] dengan [r]. Jika kedua fonem tersebut berdiri sendiri, pastilah kita tidak akan menangkap makna. Akan tetapi lain halnya jika kedua fonem tersebut kita gabungkan dengan fonem lainnya seperti [m], [a], dan [h], maka fonem [l] dan [r] bisa membentuk makna /marah/ dan /malah/. Bagi orang Jepang kata marah dan malah mungkin mereka anggap sama karena dalam bahasa mereka tidak ada fonem [l].
Terjadinya perbedaan makna hanya karena pemakaian fonem /b/ dan /p/ pada kata tersebut. Contoh lain: mari, lari, dari, tari, sari, jika satu unsur diganti dengan unsur lain maka akan membawa akibat yang besar yakni perubahan arti.

MORFOLOGI
Adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal
                        Morfologi mempelajari seluk beluk bentuk serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik
Jenis-jenis Morfem
            Berdasarkan criteria tertentu, kita dapat mengklasifikasikan morfem menjadi berjenis-jenis. Penjenisan ini dapat ditinjau dari dua segi yakni hubungannya dan distribusinya (Samsuri, 1982:186; Prawirasumantri, 1985:139). Agar lebih jelas, berikut ini sariannya.

1)         Ditinjau dari Hubungannya
            Pengklasifikasian morfem dari segi hubungannya, masih dapat kita lihat dari hubungan struktural dan hubungan posisi.

a)         Ditinjau dari Hubungan Struktur
            Menurut hubungan strukturnya, morfem dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu morfem bersifat aditif (tambahan) yang bersifat replasif (penggantian), dan yang bersifat substraktif (pengurangan).
            Morfem yang bersifat aditif yaitu morfem-morfem yang biasa yang pada umumnya terdapat pada semua bahasa, seperti pada urutan putra, tunggal, -nya, sakit. Unsur-unsur morfem tersebut tidak lain penambahan yang satu dengan yang lain.
            Morfem yang bersifat replasif yaitu morfem-morfem berubah bentuk atau berganti bentuk dari morfem asalnya. Perubahan bentuk itu mungkin disebabkan oleh perubahan waktu atau perubahan jumlah. Contoh morfem replasif ini terdapat dalam bahasa Inggris. Untuk menyatakan jamak, biasanya dipergunakan banyak alomorf. Bentuk-bentuk /fiyt/, /mays/, /mεn/ masing-masing merupakan dua morfem /f…t/, /m…s/, /m…n/ dan /iy ← u/, /ay ← aw/, /ε/, /æ/. Bentuk-bentuk yang pertama dapat diartikan masing-masing ‘kaki’, ‘tikus’, dan ‘orang’, sedangkan bentuk-bentuk yang kedua merupakan alomorf-alomorf jamak. Bentuk-bentuk yang kedua inilah yang merupakan morfem-morfem atau lebih tepatnya alomorf-alomorf yang bersifat penggantian itu, karena /u/ diganti oleh /iy/ pada kata foot dan feet, /aw/ diganti oleh /ay/ pada kata mouse dan mice, dan /æ/ diganti oleh / ε/  pada kata man dan men.
            Morfem bersifat substraktif, misalnya terdapat dalam bahasa Perancis. Dalam bahasa ini, terdapat bentuk ajektif yang dikenakan pada bentuk betina dan jantan secara ketatabahasaan. Perhatikanlah bentuk-bentuk berikut !
Betina
/mov εs/
/fos/
/bon/
/sod/
/ptit/
Jantan
/mov ε/
/fo/
/bo/
/so/
/pti/
Arti
buruk
palsu
baik
panas
kecil
Bentuk-bentuk yang ‘bersifat jantan’ adalah ‘bentuk betina’ yang dikurangi konsonan akhir. Jadi dapat dikatakan bahwa pengurangan konsonan akhir itu merupakan morfem jantan.
b)         Ditinjau dari Hubungan Posisi
            Dilihat dari hubungan posisinya, morfem pun dapat dibagi menjadi tiga macam yakni ; morfem yang bersifat urutan, sisipan, dan simultan. Tiga jenis morfem ini akan jelas bila diterangkan dengan memakai morfem-morfem imbuhan dan morfem lainnya.
Contoh morfem yang bersifat urutan terdapat pada kata berpakaian yaitu / ber-/+/-an/. Ketiga morfem itu bersifat berurutan yakni yang satu terdapat sesudah yang lainnya.
Contoh morfem yang bersifat sisipan dapat  dilihat dari kata / telunjuk/. Bentuk tunjuk merupakan bentuk kata bahasa Indonesia di samping telunjuk. Kalau diuraikan maka akan menjadi / t…unjuk/+/-e1-/.
Morfem simultan atau disebut pula morfem tidak langsung terdapat pada kata-kata seperti /khujanan/. /ksiaηgan/ dan sebagainya. Bentuk /khujanan/ terdiri dari /k…an/ dan /hujan/, sedang /kesiangan/ terdiri dari /ke…an/ dan /siaη/. Bentuk /k-an/ dalam bahasa Indonesia merupakan morfem simultan, terbukti karena bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk /khujan/ atau /hujanan/ maupun /ksiaη/ atau /sianaη/. Morfem simultan itu sering disebut morfem kontinu ( discontinous morpheme ).

2)         Ditinjau dari Distribusinya
            Ditinjau dari distribusinya, morem dapat dibagi menjadi dua macam yaitu morfem bebas dan morem ikat. Morfem bebas ialah morfem yang dapat berdiri dalam tuturan biasa , atau morfem yang dapat berfungsi sebagai kata, misalnya : bunga, cinta, sawah, kerbau. Morfem ikat yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, misalnya : di-, ke-, -i, se-, ke-an. Disamping itu ada bentuk lain seperti juang, gurau, yang selalu disertai oleh salah satu imbuhan baru dapat digunakan dalam komunikasi yang wajar. Samsuri ( 1982:188 )menamakan bentuk-bentuk seperti bunga, cinta, sawah, dan kerbau dengan istilah akar; bentuk-bentukseperti di-,ke-, -i, se-, ke-an dengan nama afiks atau imbuhan; dan juang, gurau dengan istilah pokok. Sementara itu Verhaar (1984:53)berturut-turut dengan istilah dasar afiks atau imbuhan dan akar. Selain itu ada satu bentuk lagi seperti belia, renta, siur yang masing-masing hanya mau melekat pada bentuk muda, tua, dan simpang, tidak bisa dilekatkan pada bentuk lain. Bentuk seperti itu dinamakan morfem unik.
           
SINTAKSIS
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata tattein yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
STRUKTUR SINTAKSIS
Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K) yang berkenaan dengan fungsi sintaksis. Nomina, verba, ajektifa, dan numeralia berkenaan dengan kategori sintaksis. Sedangkan pelaku, penderita, dan penerima berkenaan dengan peran sintaksis.
Eksistensi struktur sintaksis terkecil ditopang oleh urutan kata, bentuk kata, dan intonasi; bisa juga ditambah dengan konektor yang biasanya disebut konjungsi. Peran ketiga alat sintaksis itu tidak sama antara bahasa yang satu dengan yang lain.

KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS
Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis, penanda kategori sintaksis, dan perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan sintaksis.
Kata sebagai pengisi satuan sintaksis, harus dibedakan adanya dua macam kata yaitu kata penuh dan kata tugas. Kata penuh adalah kata yang secara leksikal mempunyai makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat berdiri sendiri sebagai sebuah satuan. Yang termasuk kata penuh adalah kata-kata kategori nomina, verba, adjektiva, adverbia, dan numeralia.
Kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup, dan di dalam peraturan dia tidak dapat berdiri sendiri. Yang termasuk kata tugas adalah kata-kata kategori preposisi dan konjungsi



FRASE

            Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak berstruktur subjek - predikat atau predikat - objek), atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.

KLAUSA

            Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan

KALIMAT

            Dengan mengaitkan peran kalimat sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan, kalimat didefinisikan sebagai “ Susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap ”. Sedangkan dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa) bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.

MORFOLOGI

.       Secara umumnya tatabahasa bahasa Melayu mencakupi dua bidang iaitu morfologi dan sintaksis
 
2.       Morfologi ialah bidang yang mengkaji struktur, pembentukan kata dan golongan kata.
 
3.       Dalam morfologi, unit terkecil yang mempunyai makna dan tugas nahu ialah morfem.
 
4.       Para pelajar juga perlu mengetahui maksud istilah morfem dan kata. Ini kerana kedua-dua adalah berbeza dari segi fungsi dan konsep.
 
Morfem
 
1.       Morfem ialah unit terkecil yang menjadi unsur perkaaan.
 
2.       Sekiranya kata tidak boleh dipecahkan kepada unit bermakna atau nahu yang lebih kecil, maka kata-kata ini erdirid aripada satu unit atau satu morfem. Misalnya minum.
 
3.       Minum tidak akan berfungsi dan memberi makna jika dipecahkan kepada mi dan num
 
4.       Sebaliknya, kata diminum boleh dipecahkan kepada dua morfem, iaitu di dan minum.
 
5.       Kesimpulannya, perkataan boleh terdiri daripada beberapa morfem.

Semiotika: Tanda Dan Makna

Semua kenyataan cultural adalah tanda. Kita memang hidup di dunia yang penuh dengan tanda dan diri kitapun bagian dari tanda itu sendiri.
Tanda-tanda tersebut kemudian dimaknai sebagai wujud dalam memahami kehidupan. Manusia melalui kemampuan akalnya berupaya berinteraksi dengan menggunakan tanda sebagai alat untuk berbagai tujuan, salah satu tujuan tersebut adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungan.

Komunikasi bukan hanya sebagai proses, melainkan komunikasi sebagai pembangkitan makna (the generation of meaning) . Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, setidaknya orang lain tersebut memahami maksud pesan kita, kurang kebih secara tepat. Supaya komunikasi dapat terlaksana, maka kita harus membuat pesan dalam bentuk tanda (bahasa, kata). Pesan-pesan yang kita buat, medorong orang lain untuk menciptakan makna untuk dirinya sendiri yang terkait dalam beberapa hal dengan makna yang kita buat dalam pesan kita. Semakin banyak kita berbagi kode yang sama, makin banyak kita menggunakan sistim tanda yang sama, maka makin dekatlah “makna” kita dengan orang tersebut atas pesan yang datang pada masing-masing kita dengan orang lain tersebut.
Semiotika merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja (dikatakan juga semiologi). Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga unsur utama yakni; (1) tanda, (2) acuan tanda, dan (3) pengguna tanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita, tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda. Misalnya; mangacungkan jempol kepada kawan kita yang berprestasi. Dalam hal ini, tanda mengacu sebagai pujian dari saya dan ini diakui seperti itu baik oleh saya maupun teman saya yang berprestasi. Makna disampaikan dari saya kepada teman yang berprestasi maka komunikasi pun berlangsung.

PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

  1. BAHAN PEMBELAJARAN MENYIMAK
Pembelajaran menyimak adalah kegiatan membelajarkan siswa agar mempunyai keterampilan menyimak dengan baik melalui latihan-latihan. Dalam melakukan pembelajaran dengan cara latihan tersbut seorang guru tidak cukup hanya berbicara sehingga siswanya menyimak dengan baik. Akan tetapi dikemas menggunakan berbagai bahan pembelajaran yang bersifat interaktif dan menarik perhatian siswa dan yang terpenting adalah menggunakan bahasa yang dimengerti oleh siswa. Apabila terdapat bahasa yang kurang dipahami siswa maka peran guru sebagai fasilitator menjadi sangat penting untuk memberi penjelasan tentang makna arti suatu kode bahasa lisan tertentu tersebut.
Beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai media sumber belajar menyimak di antaranya adalah media tulisan yang dibacakan guru atau siswa, rekaman berita radio dan televisi, cerita yang dituturkan atau diperdengarkan kepada siswa dan kegiatan nyata lainnya yang membawa siswa langsung kepada suatu keadaan untuk mereka dapat menyimak.  Kegiatan lain yang ikut mendukung untuk meningkatkan keterampilan menyimak adalah menyimak sambil menulis, membaca, mendengarkan dan membaca. Sebagai penjelasan lebih lanjut akan dibahas pada beberapa contoh metode yang dapat dilaksanakan dalam proses menyimak di bawah ini.


Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pembelajaran menyimak maka suasana kelas harus sedapat mungkin memiliki suasana yang mendukung seperti :
1)    Menantang atau merangsang siswa dalam belajar
2)   Mengaktifkan siswa dalam belajar
3)   Mengembangkan kreatifitas siswa, penampilan siswa secara individu atau kelompok
4)   Memudahkan siswa memahami materi pembelajaran
5)   Mengarahkan aktivitas belajar siswa ke arah tujuan
6)   Mudah dipraktekkan, tidak menuntut peralatan yang rumit

Beberapa metode pembelajaran yang disarankan untuk dilaksanakan dalam mendukung proses kegiatan menyimak adalah seperti di uraikan di bawah ini :

a.    Metode Simak Ulang Ucap
Biasanya digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dan cara pengucapannya. Guru sebagai model pembelajaran membacakan atau memutar rekaman bunyi bahasa tersebut, seperti fonem , kata mutiara, sembopyan, puisi pendek dengan perlahan-lahan serta intonasi yang jelas dan tepat. Siswa meniru ucapan guru. Peniruan ini dapat dilakukan secara individu, kelompok atau klasikal.

b.    Metode Simak Kerjakan
Metode ini dilaksanakan dengan cara guru mengucapkan kalimat perintah, selanjutnya siswa mengerjakan perintah yang diucapkan guru  misalnya :
Guru    : Toni, ambil dan tunjukkan kepada temanmu huruf  “b”
Toni     : (Mengambil dan menunjukkan huruf “b” kepada temannya sesuai dengan    
                perintah guru.

c.    Metode Simak Terka
Guru mempersiapkan deskripsi sesuatu benda tanpa menyebut namanya. Deskripsi tersebut dikomunikasikan kepada siswa dan siswa mendengarkan serta menerka benda apa yang dimaksud oleh guru. Misalnya :
Guru      : Bentuknya bulat, kecil, panjang serta lurus. Bagian depan dibuat runcing. 
                  Dapat digunakan untuk menulis
Siswa     : Pensil


d.   Metode Simak Tulis
Metode simak tulis dikenal dengan dikte/imlak. Guru mempersiapkan bahan-bahan yang akan didiktekan kepada siswanya. Siswa menulis apa yang diucapkan oleh guru.
Misalnya :
            Guru    : Tulislah kata/kalimat “Ini Mama ”
            Siswa   : Mendengarkan dengan cermat, kemudian menulis, “Ini Mama “

e.    Metode Memperluas kalimat
Guru mengucapkan kalimat sederhana. Siswa menirukan ucapan guru. Guru mengucapkan kata atau kelompok kata. Siswa menirukan ucapan guru. Selanjutnya siswa disuruh menghubungkan ucapan yang pertama dan kedua sekaligus, sehingga menjadi kalimat yang panjang. Misalnya :
Kakak belajar
Menirukan kakak belajar
(memerintahkan) menyambung kalimat
Kakak belajar di kamar belajar



f.     Metode Bisik Berantai
Guru membisikkan kaliamat kepada seseorang siswa. Siswa tersebut membisikkan kalimat tersebut kepada siswa kedua, dan seterusnya sampai anak terakhir. Guru memeriksa apakah kalimat pesan tersebut sampai kepada siswa terakhir dengan benar.

g.    Metode Menjawab Pertanyaan
Siswa-siswa yang  merasa malu untuk membicarakan atau bercerita dapat dibimbing  dengan pertanyaan guru, sehingga siswa bersangkutan menjawab pertanyaan  guru. Pertanyaan yang ajukan dapat berupa berbagai jenis pertananyaan sesuai dengan tema yang diajarkan. Misalnya, untuk memperkenalkan diri siswa, guru dapat mengajukan sejumlah pertanyaan kepada siswa mengenai nama orang tua, jumlah, umur, jumlah keluarga dan sebagainya.



h.    Metode Identifikasi Tema/Kalimat Topik/Kata Kunci
Metode identifikasi tema, kalimat topik, dan kata kunci ini pada prinsipnya sama. Perbedaannya terletak pada materi yang harus diidentifikasi. Identifikasi tema untuk sebuah wacana/cerita. Siswa disuruh menerka tema/topik/ judulnya. Kalimat topik untuk semua paragraf. Sedangkan kata kunci untuk sebuah kalimat. Apabila hal ini belum dapat dilaksanakan, guru dapat melatih siswa dengan cara memberikan pertannyaan yang memancing ke arah pengidentifikasian yang tepat. Hal ini juga baik untuk mengembangkan diskusi kelas/kelompok, yang berarti pula memupuk kerjasama antar siswa.  Contoh :
-        Silakan mencari cerita sederhana yang terdiri dari beberapa paragraf !
-        Ambil dalah satu paragraf untuk didiskusikan kalimat topiknya.
-        Ambil salah satu kalimat
-        Tentukan bersama siswa kata kuncinya: Ayah pulang dari kantor, Kata
     kuncinya kalimat tersebut adalah Aayah_Pulang.

i.      Metode Mnyelesaiakan Cerita
Guru bercerita siswa menyimak cerita tersebut dengan seksama. Guru berhenti bercerita, ceritanya baru sebagian. Cerita dilanjutkan oleh anak secara bergilir sampai cerita itu selesai sebagai suatu keutuhan. Cerita seperti ini seolah memaksa siswa untuk menyimak dengan teliti jalan ceritanya sambil menghayati cerita tersebut. Mengapa ? Karna siswa harus menyelesaikan cerita secara bergilir. Misalnya :
Murni suka sekali makan rujak. Suatu hari ketika hari masih pagi, Murni sudah menguliti mangga mentah, nenas, jambu dan sebagainya. Kemudian ia membuat sambal terasi. Diaduknya buah-buahan tersbut dengan sambal terasi. Seterusnya ia makan dengan lahapnya.
            Cerita diatas disampaikan oleh guru, selanjutnya guru menyuruh seoaran siswa untuk meneruskan cerita tersebut.
Anak pertama
Marni terlalu banyak makan rujak tersebut. Tidak lama kemudian perutnya sakit. Sebentar-sebentar ia kebelakang.
Guru kemudian menugaskan siswa lainnya untuk melanjutkan cerita tersebut sesuai dengan pendapat masing-masing siswa tersebut.
Anak kedua
Ibunya mengetahui Marni sakit akibat makan rujak, ibunya memarahi Marni , yang suka berkali-kali diingatkan oleh ibunya, agar tidak terlalu banyk makan rujak.
Guru kembali meminta siswa lainnya untuk melanjutkan cerita tersebut
Anak ketiga
Marni dibawa ke Puskesmas, untuk mendapat pengobatan dari dokter. Di sana Marni di nasehati oleh Bapak Dokter agar tidak terlalu banyak makan rujak
Demikian seterusnya hingga cerita tersebut dirasakan cukup. Dalam hal ini tugas guru adalah memberikan pengutan bahwa sejelek apapun karya siswa adalah yang terbaik bagi siswa tersebut sehingga layak dihargai. Karna karya tersebut adalah hasil dari buah pikirannya sendiri.


j.      Metode Paraprase
Paraprase berarti alih bentuk, Dalam pembeljaran bahasa, paraprase biasanya diwujudkan dalam bentuk pengalihan bentuk puisi ke prosa atau memprosakan sebuh puisi.  Guru mempersiapkan puisi sederhana yang sekiranya sesuai dengan karakteristik kelas yang dibelajarkan. Puisi tersebut dibacakan kepada siswa dan siswa menyikam dengan seksama. Pembacaan puisi tersebut hendaknya dengan jeda yang jelas dan intonasi yang tepat. Setelah selesai siswa disuruh bercerita isi puisi dengan bahasanya sendiri dalam bentuk prosa.

k.    Metode Merangkum
Merangkum berarti menyingkat atau meringkas dari bahan yang telah disimak. Dengan kata lain menyimpulkan bahan simakan secara singkat dan kata-katanya sendiri. Siswa mencari intisari bahan yang disimaknya. Bahan yang disimak sebaiknya wacana yang pendek dan sederhana sesuai dengan tingkat kematangan anak.


SEMANTIK BAHASA INDONESIA

A. Pengenalan Semantik
Menurut Katz (1971:3) semantik adalah studi tentang makna bahasa. Sementara itu semantik menurut Kridalaksana dalam Kamus Linguistik adalah bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara. Secara singkat, semantik ini mengkaji tata makna secara formal (bentuk) yang tidak dikaitkan dengan konteks. Akan tetapi, ternyata ilmu yang mempelajari atau mengkaji makna ini tidak hanya semantik, ada juga pragmatik. Untuk membedakannya, berikut ini ada beberapa poin yang mudah untuk diingat dan dapat dengan jelas membedakan semantik dengan pragmatik.


Perbedaan kajian makna dalam semantik dengan pragmatik:
1. Pragmatik mengkaji makna di luar jangkauan semantik.
Contoh:
Di sebuah ruang kelas, Dewi duduk di deretan kursi belakang. Lalu, ia berkata kepada gurunya, “Pak, maaf saya mau ke belakang.

Kata yang dicetak miring itu ‘belakang’ secara semantik berarti lawan dari depan, berarti kalau dikaji secara semantik, Dewi hendak ke belakang. Akan tetapi, kalau kita lihat konteksnya, Dewi sudah duduk di deretan paling belakang. Tentu saja tidak mungkin makna ‘belakang’ yang diartikan secara semantik yang dimaksud Dewi. Nah, sekarang kita kaji dengan menggunakan pragmatik, di mana dalam pragmatik ini dilibatkan yang namanya “konteks”. Konteksnya apa? Konteksnya yaitu keadaan Dewi yang sudah duduk di belakang, sehingga tidak mungkin ia minta izin untuk ke belakang lagi (kita gunakan logika). Biasanya, orang minta izin ke belakang untuk keperluan sesuatu, seperti pergi ke toilet atau tempat lainnya. Nah, kalau yang ini masuk akal kan?
Jadi, makna kata ‘belakang’ dalam kalimat di atas tidak dapat dijelaskan secara semantik, hanya bisa dijelaskan secara pragmatik. Maka dari itulah dinyatakan bahwa kajian makna pragmatik berada di luar jangkauan semantik.

2. Sifat kajian dalam semantik adalah diadic relation (hubungan dua arah), hanya melibatkan bentuk dan makna. Sifat kajian dalam pragmatik adalah triadic relation (hubungan tiga arah), yaitu melibatkan bentuk, makna, dan konteks.

3. Semantik merupakan bidang yang bersifat bebas konteks (independent context), sedangkan pragmatik bersifat terikat dengan konteks (dependent context). Hal ini dapat dijelaskan pada contoh soal poin ke-1. Pada contoh tersebut, ketika makna kata ‘belakang’ dikaji secara semantik, ia tidak memperhatikan konteksnya bagaimana (independent context), ia hanya dikaji berdasarkan makna yang terdapat dalam kamus. Namun, ketika kata ‘belakang’ dikaji dengan pragmatik, konteks siapa yang berbicara, kepada siapa orang itu berbicara, bagaimana keadaan si pembicara, kapan, di mana, dan apa tujuannya ini sangat diperhatikan, sehingga maksud si pembicara dapat dimengerti oleh orang-orang di sekitarnya.

4. Salah satu objek kajian semantik adalah kalimat, sehingga semantik ini sering disebut makna kalimat. Dalam pragmatik, objek kajiannya adalah tuturan (utterance) atau maksud.

5. Semantik diatur oleh kaidah kebahasaan (tatabahasa), sedangkan pragmatik dikendalikan oleh prinsip komunikasi. Jadi, kajian makna dalam semantik lebih objektif daripada pragmatik, karena hanya memperhatikan makna tersebut sesuai dengan makna yang terdapat dalam leksemnya. Kajian makna pragmatik dapat dikatakan lebih subjektif, karena mengandung konteks/memperhatikan konteks. Dan setiap orang pasti mempunyai makna sendiri sesuai dengan konteks yang dipandangnya. Selain itu, pragmatik juga dimotivasi oleh tujuan komunikasi. Selain itu, pemaknaan semantik itu ketat, karena terpaku pada makna kata secara leksikal (tanpa konteks), sedangkan pemaknaan pragmatik lebih lentur karena tidak mutlak bermakna “itu”.

6. Semantik bersifat konvensional, sedangkan pragmatik bersifat non-konvensional. Dikatakan konvensional karena diatur oleh tatabahasa atau menggunakan kaidah-kaidah kebahasaan.

7. Semantik bersifat formal (dengan memfokuskan bentuk: fonem, morfem, kata, klausa, kalimat), sedangkan pragmatik bersifat fungsional.

8. Semantik bersifat ideasional, maksudnya yaitu makna yang ditangkap masih bersifat individu dan masih berupa ide, karena belum dipergunakan dalam berkomunikasi. Sedangkan pragmatik bersifat interpersonal, maksudnya yaitu makna yang dikaji dapat dipahami/ditafsirkan oleh orang banyak, tidak lagi bersifat individu, karena sudah menggunakan konteks.

9. Representasi (bentuk logika) semantik suatu kalimat berbeda dengan interpretasi pragmatiknya.
Contoh: “Kawan, habis makan-makan kita minum-minum yuk…”
• Dikaji dari semantik, kata “minum-minum” berarti melakukan kegiatan ‘minum air’ berulang-ulang, tidak cukup sekali minum.
• Dikaji dari segi pragmatik, kata “minum-minum” berarti meminum minuman keras (alkohol).



B. Jenis Semantik



Penjelasan gambar di atas:
• Kalau objek kajian semantiknya adalah makna-makna gramatikal, maka jenis semantik ini disebut SEMANTIK GRAMATIKAL. Jenis semantik ini mengkaji satuan-satuan gramatikal yang terdiri atas sintaksis dan morfologi.

Konteks morfologi:
Kata ‘sepatu’ akan memiliki makna yang berbeda setelah mengalami proses morfologis, misalnya dengan afiksasi menjadi ‘bersepatu’.

Konteks sintaksis:
- Di kebun binatang ada enam ekor beruang.
- Hanya orang yang beruang yang dapat membeli rumah itu.
Perbedaan makna ‘beruang’ pada kalimat pertama dan kedua itu terjadi karena adanya perbedaan konteks kalimat yang dimasuki kata-kata tersebut.
• Pada fonologi tidak ada semantiknya, atau dengan kata lain fonologi tidak termasuk dalam jenis-jenis semantik karena fonologi hanya mampu membedakan makna kata dengan perbedaan bunyi.
• Kalau objek kajian semantiknya leksikon (kosa kata) dari suatu bahasa, maka jenis semantiknya dinamakan SEMANTIK LEKSIKAL. Kajian semantik leksikal ini adalah makna utuh yang terdapat pada masing-masing leksikon tanpa terpengaruh proses apapun (proses morfologi maupun sintaksis).
• Dikatakan SEMANTIK WACANA kalau objek kajiannya adalah wacana. Tugas jenis semantik ini adalah mengkaji makna wacana. Pemaknaan suatu wacana tidak terlepas dari pola berpikir yang runtut dan logis.


C Kaidah Umum Semantik.

1. Hubungan antara leksem dengan acuannya bersifat arbitrer. Contoh: kata ‘kursi’ dengan media (yang sekarang kita ketahui wujudnya dan dinamakan kursi) itu tidak bersifat mutlak, tetapi arbitrer. Tidak ada alasan kenapa media tersebut dinamakan ‘kursi’.

2. Kajian waktunya ada yang sinkronik (melihat makna dalam kurun waktu tertentu, sehingga maknanya bersifat tetap, tidak mengalami perubahan baik dulu maupun sekarang) dan diakronik (melihat makna dalm kurun waktu panjang, sehingga maknanya relatif berubah.) Contoh diakronik adalah kata ‘bapak’. Dahulu, kata ‘bapak’ digunakan pada seorang laki-laki yang mempunyai hubungan darah (dengan anaknya), sedangkan sekarang kata ‘bapak’ dapat digunakan pada seseorang yang tidak mempunyai hubungan darah sekalipun, belum tua, dan bahkan belum menikah, misalnya ‘Bapak guru’, ‘Bapak walikota’, ‘Bapak camat’, dsb.

3. Beda bentuk, beda makna.
Contoh kata ‘bisa’ dan ‘dapat’, di mana arti keduanya bersinonim. Akan tetapi, setelah keduanya mendapatkan proses morfologis, misalkan afiksasi ‘peN- + -an’, sehingga bentuknya menjadi ‘pembisaan’ dan ‘pendapatan’. Jelas sekali kata ‘dapat’ yang diberi proses morfologis itu lebih berterima daripada kata ‘bisa’ setelah mendapat proses morfologis.

4. Setiap bahasa memiliki sistem semantik sendiri.
Contoh:
Kata ‘pipis’, dalam Bahasa Sunda kata tersebut berarti ‘air kencing’, tetapi dalam Bahasa Bali kata tersebut berati ‘uang jajan’. Contoh lainnya yaitu ‘kodok’, dalam Bahasa Sunda berarti ‘mengambil sesuatu dari sebuah lubang yang dalam’, sedangkan dalam Bahasa Indonesia berarti ‘katak’.

5. Makna berkaitan dengan pandangan hidup/budayanya.
Pada poin ini berkaitan dengan tabu atau tidaknya penggunaan kata tersebut di suatu masyarakat. Contoh kata ‘anjing’, bagi orang Islam kata ‘anjing’ dapat dimaknai sebagai sesuatu yang bernajis, tetapi bagi orang Kristen dapat dimaknai sebagai hewan yang lucu dan menggemaskan. Contoh lainnya yaitu kata ‘momok’, bagi masyarakat Indonesia (umum) kata tersebut berarti sesuatu yang menakutkan, tetapi bagi masyarakat Sunda kata tersebut berati vagina. Satu contoh lagi yaitu kata ‘butuh’, bagi masyarakat Indonesia (umum) kata tersebut berati ‘perlu’, tetapi bagi masyarakat di Kalimantan dapat berarti ‘nama kemaluan pria’.

6. Luasnya bentuk ≠ luasnya makna.
Secara bentuk, semakin lebar (kata-kata yang digunakan) maka semakin sempit maknanya, begitu sebaliknya. Contoh:
Kereta
Kereta api
Kereta api ekspres
Bandingkan makna kata ‘kereta’ dengan makna yang terkandung dalam ‘kereta api ekspres’. Secara bentuk, kata ‘kereta’ lebih simpel daripada ‘kereta api ekspres’. Akan tetapi secara makna, makna ‘kereta’ masih terlalu luas, apakah yang dimaksudkan itu kereta api atau kereta uap, atau kereta apa? Sedangkan makna ‘kereta api ekspres’ sudah jelas berarti kereta api khusus yang lajunya lebih cepat dan fasilitas serta pelayanannya lebih baik daripada kereta api ekonomi.


D. Penamaan dalam Semantik
Penamaan dalam semantik ini ada 8 penyebab yaitu:
1. Peniruan bunyi; contohnya ‘tokek’ disebut demikian karena bunyi hewan tersebut adalah ‘tokek-tokek’. Penamaan sesuatu berdasarkan peniruan bunyinya disebut ONOMATOPE.
2. Penyebutan bagian; contoh “Ibu membeli empat ekor ayam” yang dimaksud kalimat tersebut pastilah bukan hanya ekor ayamnya saja yang dibeli ibu, tetapi ayam secara keseluruhan.
3. Penyebutan sifat khas; contoh ‘si kerdil’ karena anak tersebut tetap berbadan kecil, tidak tumbuh menjadi besar.
4. Penemu dan pembuat; contoh ‘Aqua’ dan ‘kodak’, kalau kita mau membeli air minum dalma kemasan, pasti kita akan berkata, “Pak, beli Aqua satu botol.” Padahal di toko tersebut tidak ada air minum kemasan bermerek Aqua. Demikian juga dengan ‘Kodak’ yang merupakan nama merek sebuah kamera.
5. Tempat asal; contoh kata ‘magnet’ berasal dari nama tempat Magnesia, nama burung ‘kenari’ diambil dari asal burung itu berada yaitu Pulau Kenari di Afrika, ikan ‘sarden’ berasal dari Pulau Sardinia di Italia. Ada juga nama piagam atau perjanjian-perjanjian besar seperti ‘Piagam Jakarta’ karena tempatnya di Jakarta, ‘Perjanjian Linggarjati’ karena pelaksanaan perjanjian tersebut di Linggarjati.
6. Bahan; contoh nama karung ‘goni’ karena bahan karung tersebut dari goni, dan ‘bambu runcing’ karena benda tersebut terbuat dari bambu dan ujungnya runcing.
7. Keserupaan; perhatikan contoh ‘kaki’, ‘kaki gunung’, ‘kaki kursi’, dan ‘kaki meja’, hal yang sama dari empat contoh tersebut adalah letaknya, di mana letak kaki selalu ada di bawah. Contoh lain misalnya ‘kepala’, ‘kepala masinis’, ‘kepala sekolah’, dan ‘kepala surat’, hal yang sama pada kata-kata tersebut yaitu letaknya, di mana letak kepala selalu berada di atas, ‘kepala surat’ selalu diletakkan di bagian atas kan? ^_^
8. Pemendekan; contoh ‘UPI’ menjadi nama sebuah universitas negeri di Bandung, padahal namanya bukan UPI, tetapi Universitas Pendidikan Indonesia. Contoh lain yaitu ‘cireng’ yang menjadi nama sebuah makanan ringan, ‘cireng’ merupakan kependekan dari ‘aci digoreng’.


E. Aspek Makna
Aspek makna dibedakan atas empat macam yaitu pengertian (sense), perasaan (feeling), nada (tone), dan maksud atau tujuan (intention). Pengertian sense sama dengan tema. Perasaan berkaitan dengan sikap pembicara terhadap apa yang sedang dibicarakan serta bagaimana situasi pembicaraan saat itu. Nada adalah sikap pembicara terhadap lawan bicaranya. Maksud adalah hal yang mendorong pembicara untuk mengungkapkan satuan-satuan bahasa. Contohnya yaitu “Hari ini panas”, apabila orang yang diajak berbicara itu menanggapinya dengan hal lain seperti meminta minum, maka akan berbeda pula dengan maksud di penutur (hanya memberi tahu bahwa hari ini cuacanya panas).


F. Jenis Makna


Makna leksikal adalah makna yang terdapat pada kata tersebut secara utuh, sesuai dengan bawaannya. Contoh “Tikus itu mati diterkam kucing”, makna kata ‘tikus’ pada kalimat tersebut adalah ‘binatang tikus’, bukan yang lainnya.

Makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya, makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apa pun.

Makna generik adalah makna konseptual yang luas, umum, yang mencakup beberapa makna konseptual yang khusus maupun umum. Contoh kata ‘sekolah’ dalam kalimat “Sekolah kami menang”, bukan hanya gedung sekolahnya saja yang menang, tetapi juga mencakup guru-gurunya, muridnya, dan warga sekolah lainnya. Bila kita berkata, “Ani sekolah di Lampung”, hal ini sudah tidak dapat dikaitkan dengan makna konseptual sekolah, tetapi sudah lebih luas yaitu Ani belajar di gedung yang namanya sekolah dan sekolah tersebut berada di Lampung.

Makna spesifik adalah makna konseptual yang khusus, khas, dan sempit. Contoh pada kalimat “Pertandingan sepak bola itu berakhir dengan kemenangan Bandung”, yang dimaksud hanya beberapa orang yang bertanding saja, bukan seluruh penduduk Bandung.

Makna asosiatif disebut juga makna kiasan. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata dengan keadaan di luar bahasa. Contoh kata ‘bunglon’ berasosiasi dengan makna ‘orang yang tidak berpendirian’, kata ‘lintah darat’ berasosiasi dengan makna ‘orang yang suka memeras (pemeras) atau pemakan riba’.

Makna konotatif adalah makna yang digunakan untuk mengacu bentuk atau makna lain yang terdapat di luar leksikalnya.

Makna afektif adalah makna yang muncul akibat reaksi pendengar atua pembaca terhadap penggunaan bahasa. Contoh “datanglah ke pondok buruk kami”, gadungan ‘pondok baru kami’ mengandung makna afektif ‘merendahkan diri’.

Makna stilistika adalah makna yang timbul akibat pemakaian bahasa. Makna stilistika berhubungan dengan pemakaian bahasa yang menimbulkan efek terutama kepada pembaca. Makna stilistika lebih dirasakan di dalam karya sastra.

Makna kolokatif adalah makna yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan yang sama. Contoh kata-kata ikan, gurame, sayur, tomat, minyak, bawang, telur, garam, dan cabai tentunya akan muncul di lingkungan dapur. Contoh lain yaitu bantal, kasur, bantal guling, seprei, boneka, selimut, dan lemari pakaian tentu akan muncul di lingkungan kamar tidur.

Makna idiomatik adalah makna yang ada dalam idiom, makna yang menyimpang dari makna konseptual dan gramatikal unsur-unsur pembentuknya. Dalam Bahasa Indonesia ada dua macam idiom yaitu IDIOM PENUH dan IDIOM SEBAGIAN. Idiom penuh adalah idiom yang unsur-unsurnya secara keseluruhan merupakan satu-kesatuan dengan satu makna. Contoh “Orang tua itu membanting tulang untuk mencukupi kebutuhan anaknya”, ungkapan ‘membanting tulang’ dalam kalimat tersebut tentu memiliki satu kesatuan makna yaitu ‘kerja keras’. Idiom sebagian adalah idiom yang di dalam unsur-unsurnya masih terdapat unsur yang memilikii makna leksikal. Contoh ‘daftar hitam’ yang berarti ‘daftar yang berisi nama-nama orang yang dicurigai atau dianggap bersalah’.

Makna kontekstual muncul sebagai akibat adanya hubungan antara ujaran dengan situasi. Contoh “Saya lapar, Bu, minta nasi!” yang berarti orang tersebut berada dalam situasi yang benar-benar lapar dan ia meminta nasi.

Makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsiinya sebuah kata dalam suatu kalimat. Contoh kata ‘mata’, secara leksikal bermakna alat/indera yang berfungsi untuk melihat, tetapi setelah digabung dengan kata-kata lain menjadi ‘mata pisau’, ‘mata keranjang’, ‘mata air’, ‘air mata’, dan ‘mata duitan’ maka maknanya akan berubah menjadi makna gramatikal.

Makna tematikal adalah makna yang dikomunikasikan oleh pembicara/penulis melalui urutan kata-kata, fokus pembicaraan, maupun penekanan pembicaraan. Contoh “Aminah anak Bapak Roni meninggal dunia kemarin”, makna dari kalimat tersebut bisa ada tiga yaitu:
(1) Aminah/anak Bapak Roni/meninggal kemarin.
(2) Aminah!/anak Bapak Roni meninggal kemarin.
(3) Aminah/anak/Bapak/Roni/meninggal kemarin.

Makna kalimat (1) adalah anak Bapak Roni yang bernama Aminah telah meninggal kemarin, kalimat (2) berarti sebuah informasi memberi tahu Aminah bahwa anak Bapak Roni yang entah siapa namanya telah meninggal kemarin, dan kalimat (3) berarti ada emmpat orang yang meinggal kemarin yaitu Aminah, anak, Bapak, dan Roni.


G. Relasi Makna
Relasi makna adalah hubungan antara makna kata yang satu dengan makna kata yang lainnya. Prinsip relasi makna ada empat yaitu prinsip kontiguitas, prinsip komplementasi, prinsip overlaping, dan prinsip inklusi. PRINSIP KONTIGUITAS adalah prinsip yang menjelaskan bahwa beberapa kata dapat memiliki makna yang sama/mirip; prinsip ini dapat menimbulkan relasi makna yang disebut SINONIMI. PRINSIP KOMPLEMENTASI adalah prinsip yang menjelaskan bahwa makna kata yang satu berlawanan dengan makna kata yang lainnya; prinsip ini dapat menimbulkan relasi makna yang disebut ANTONIMI. PRINSIP OVERLAPING adalah prinsip yang menjelaskan bahwa satu kata memiliki makna yang berbeda, atau kata-kata yang sama bunyinya tetapi berbeda maknanya; prinsip ini menimbulkan adanya relasi makna yang disebut HOMONIMI dan POLISEMI. PRINSIP INKLUSI adalah prinsip yang menjelaskan bahwa makna satu kata mencakup beberapa mekna kata lain; prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut HIPONIMI.

Contoh sinonimi:
• Pintar, pandai, cerdik, cerdas, cakap
• Cantik, molek, bagus, indah, permai
• Bunga, kembang, puspa
• Aku, saya, beta, hamba

Contoh antonimi:
• Kuat >< dingin

Contoh homonimi:
a) Homonimi yang berhomograf dan berhomofon:
• bisa = (1) sanggup/dapat, (2) racun ular
• buku = (1) media untuk menulis/membaca, (2) bagian tekukan pada jari-jari

b) Homonimi yang tidak berhomograf (homofon):
• bang = bentuk singkat dari ‘abang’ yang berarti kakak laki-laki
• bank = lembaga yang mengurus lalu lintas uang
• sangsi = ragu-ragu, bimbang
• sanksi = hukuman, konsekuensi, akibat
• sah = dilakukan menurut hukum
• syah = raja
• syarat = ketentuan
• sarat = penuh

c) Homonimi yang tidak berhomofon (homograf):
• teras = pegawai utama
• teras [tѐras] = halaman depan rumah, lantai rumah tempat bersantai
• apel = nama buah
• apel [apѐl] = upacara resmi
• tahu [tau] = mengerti, paham
• tahu = nama makanan yang terbuat dari kedelai yang digiling halus


contoh hiponimi:



Hubungan antar hiponim (merah, kuniing hijau) disebut kohiponim.

Contoh polisemi:
• kepala (karena selalu terletak di bagian atas/tertinggi posisinya, contoh kepala suku, kepala surat, kepala sekolah)
• mulut (sebagai jalan masuk dan letaknya selalu di depan, contoh mulut gua, mulut harimau, mulut gang, mulut botol)
• bibir (terletak di tepian, contoh bibir sungai)

Puisi "Awal yang Baru"

  AWAL YANG BARU Karya Ade Irawan Setiawan   Saat malam mulai datang Suasana sunyi senyap Aku terbujur dalam kekakuan Karena hati ...