Thursday, January 10, 2019

Jurnal Penelitian "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X 3 MAN Cijantung Ciamis)"


PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
PICTURE AND PICTURE
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X 3 MAN Cijantung Ciamis)





ARTIKEL JURNAL
disusun untuk memenuhi salah satu syarat
ujian sidang Sarjana Pendidikan









oleh

ADE IRAWAN SETIAWAN
2108110038





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2015

LEMBAR PENGESAHAN



Artikel ini telah disahkan pada hari ..........................tanggal ..............................





oleh
Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia


Teti Gumiati, Dra., M.Pd.






PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
PICTURE AND PICTURE
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X 3 MAN Cijantung Ciamis)

oleh
ADE IRAWAN SETIAWAN
NIM. 2108110038
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan menunjukan bahwa kemampuan siswa kelas X 3 MAN Cijantung Ciamis pada umumnya belum mampu menulis paragraf deskriptif dengan diksi atau pilihan kata yang sesuai. Berdasarkan hasil pembelajaran yang dilakukan guru, lebih dari 73 % siswa mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 78. Kekurangtepatan penggunaan model pembelajaran adalah salah satu faktor penyebab siswa belum mampu menulis paragraf deskriptif. Melihat kondisi itu, perlu diupayakan penggunaan model pembelajaran tertentu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis paragraf deskriptif. Solusi yang dikedepankan peneliti adalah dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture. Terdapat dua rumusan masalah yang tertuang dalam penelitian ini, yaitu: (1) Bagaimanakah langkah-langkah penggunaan model pembelajaran picture and picture untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis paragraf deskriptif?, (2) Bagaimanakah peningkatan kemampuan siswa dalam menulis paragraf deskriptif setelah digunakan model pembelajaran picture and picture?. Tujuan penelitian ini adalah menjawab kedua rumusan masalah tersebut. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunkan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 
Berdasarkan hasil analisis penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. (1) Langkah-langkah penggunaan model picture and picture dalam pembelajaran menulis paragraf deskriptif ditempuh dalam empat langkah yakni: (1) perencanaan (planning); (2) pelaksanaan (action); (3) observasi (observation); dan (4) refleksi. Sementara itu, langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model picture and picture dilaksanakan sebagai berikut. Kegiatan awal terdiri dari kegiatan pembukaan pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa, pengondisian kelas, pengecekan kehadiran siswa, dan pemberian motivasi agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Kegiatan inti meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Kegiatan akhir dilaksanakan dengan membuat simpulan pembelajaran dan menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa. (2) Terdapat peningkatan kemampuan siswa yang signifikan setelah mengikuti pembelajaran menulis paragraf deskriptif dengan menggunakan model picture and picture. Hal itu dibuktikan dengan perolehan rata-rata nilai kemampuan awal memperoleh rata-rata nilai sebesar 68,68 yaitu 14 siswa atau 74,68% belum mencapai KKM, sedangkan 5 siswa atau 26,31% dinyatakan tuntas. Pada pembelajaran siklus I rata-rata nilai siswa sebesar 74,73 yaitu 12 siswa atau 63,15% belum mencapai KKM, sedangkan 7 siswa atau 36,84% dinyatakan tuntas. Pada siklus II rata-rata nilai 90 atau 100% siswa tuntas.
Kata Kunci: Menulis Paragraf Deskriptif, Model Picture and Picture


A.  PENDAHULUAN
Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu keterampilan (1) menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat dan sama-sama mempunyai kedudukan yang sangat penting. Tarigan (1985: 1) mengemukakan bahwa “Keempat keterampilan berbahasa pada dasarnya merupakan satu kesatuan, merupakan catur tunggal”. Khususnya dalam kegiatan menulis, komunikasi yang terjalin ditandai dengan sampainya gagasan penulis kepada pembaca secara tepat. Menulis merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting untuk mengekspresikan pikiran seseorang kepada orang lain, dengan memiliki keterampilan menulis, seseorang dapat mengomunikasikan ide, penghayatan dan pengalamannya ke dalam bentuk tulisan.
Menulis juga merupakan hasil berpikir seseorang yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Sebagaimana yang diungkapkan Suherli (2014: 1) sebagai berikut.
Kegiatan menuangkan gagasan hasil berpikir memang tidak sama dengan menuangkan air ke dalam gelas. Seorang penulis perlu pemahaman dan pengalaman dalam menulis. Namun, bukan hal yang sulit memahami cara menuangkan gagasan ke dalam tulisan. Juga tidak berarti yang belum berpengalaman tidak mungkin dapat menulis. Seseorang yang rajin menuangkan gagasan hasil berpikir ke dalam tulisan yang dilakukan setahap demi setahap, lama-lama akan menjadi pengalaman yang sangat berharga.

Menulis merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengungkapan pikiran atau ide yang dimiliki dalam bentuk tulisan. Jika dibandingkan dengan tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur diluar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan. Kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan diantaranya kemampuan menguasai gagasan, kemampuan menguasai bentuk karangan, kemampuan menggunakan gaya, dan kemampuan menggunakan ejaan dan tanda baca. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif, oleh karena itu keterampilan menulis tidak akan datang secara tiba-tiba, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang teratur.
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafolegi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. (Tarigan, 2008: 3).

Menulis merupakan aktivitas produktif, untuk menghasilkan tulisan yang baik, penulis harus menguasai secara keseluruhan semua ide dalam pikiran yang akan ditulis dan mendapatkan beberapa cara untuk mengorganisasikan ide tersebut menurut struktur yang tepat. Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang masih banyak terdapat kendala dalam mengaplikasikannya. Misalnya saja dalam kegiatan pembelajaran di kelas, masih banyak siswa yang belum mampu menulis dengan struktur dan kaidah teks yang baik, misalnya saja dalam hal menulis paragraf deskriptif. Masih banyak siswa yang belum mampu menulis paragraf deskriptif sesuai tema/topik yang ditentukan, dan belum mampu menggunakan kata-kata yang sesuai dengan ketentuan dalam ejaan bahasa Indonesia yang benar.
Salah satu tuntutan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi KTSP SMK/SMA/MA terdapat Standar  Kompetensi 4 yang berbunyi “Mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraf (naratif, deskriptif, ekspositif)”. Menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskriptif merupakan salah satu kompetensi dasar keterampilan menulis yang harus dikuasai oleh siswa kelas X, khususnya pada jenjang pendidikan menengah atas. Adapun indikator yang harus dipenuhi diantaranya (1) mengungkapkan tema/topik, (2) menyusun kerangka paragraf deskriptif, (3) mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf deskriptif. Ketentuan inilah yang diusahakan siswa melalui proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Tuntutan seperti di atas telah diupayakan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang mengajar di kelas X 3 MAN Cijantung Ciamis. Melalui upaya yang telah ditempuh itu, diharapkan seluruh siswa berhasil memenuhi tuntutan ketiganya. Harapan ini ternyata tidak terbukti, hal ini diketahui berdasarkan studi pendahuluan melalui  wawancara dengan  guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas X 3 MAN Cijantung Ciamis, ditemukan kenyataan bahwa 14 dari 19 siswa atau 73 persen siswa mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 78 berarti pembelajaran menulis paragraf deskriptif belum tercapai.
Kekurangmampuan dipenuhinya ketiga tuntutan tersebut oleh sebagian siswa sangat erat kaitannya dengan upaya yang dilakukan guru saat itu. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2001: 114) sebagai berikut.
Keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang diharapkan sangat erat kaitannya dengan upaya yang dilakukan guru untuk itu. Adapun upaya yang mesti dilakukan guru antara lain (1) ciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan dan memancing kreativitas siswa untuk belajar melakukan tuntutan indikator kompetensi yang diharapkan, dan (2) bersikaplah sebagai guru pemenang disaat siswa mengalami kesulitan dengan cara berikan bantuan yang membelajarkan bukan memberi tahu dan atau membiarkan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa belum mampu menulis paragraf deskriptif, diantaranya:
a.    keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sulit dikuasai, karena keterampilan menulis memerlukan daya imajinasi yang besar;
b.    belum optimalnya penggunaan model dan media dalam pembelajaran menulis.
Faktor pertama dapat diketahui bahwa siswa kelas X 3 MAN Cijantung Ciamis pada umumnya masih menghadapi kesulitan dalam menentukan pokok masalah yang menjadi topik paragraf. Hal ini terjadi karena bagi siswa kegiatan menulis merupakan kegiatan yang awam dan dirasa sangat sulit. Sebagai pemula dan kurangnya pengetahuan serta pengalaman dalam menulis maka siswa kesulitan ketika memilih kata pertama dalam paragraf apalagi harus mengembangkannya menjadi sebuah karangan. Selain itu, pada umumnya siswa belum tahu langkah-langkah yang harus ditempuh dalam  menulis paragraf deskriptif. Mereka belum menguasai cara darimana harus mulai melangkah dan siswa masih sulit menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam bahasa tulis yang baik. Mereka belum mampu membuat kalimat yang efektif, memilih kata yang tepat, dan menggunakan tata tulis yang benar.
Sementara faktor kedua dapat diketahui dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap beberapa orang siswa kelas X MAN Cijantung Ciamis. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa faktor penyebab belum mampunya siswa dalam menulis paragraf deskriptif yakni belum optimalnya penggunaan model dan media dalam pembelajaran menulis. Model yang digunakan kurang variatif sehingga menyebabkan pembelajaran cenderung membosankan dan kurang mengeksplorasi kemampuan siswa secara maksimal. Oleh karena itu, perlunya penggunaan model pembelajaran yang inovatif sehingga mampu menarik perhatian siswa dalam menulis, khususnya dalam menulis paragraf deskriptif.
Berdasarkan permasalahan di atas, dalam penelitian ini penulis mengupayakan dengan memilih model pembelajaran yang tepat, sebagaimana yang dikemukakan oleh Suprijono (2010: 45) bahwa “Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Penulis tertarik untuk menggunakan model pembelajaran picture and picture dalam pembelajaran menulis paragraf deskriptif pada siswa kelas X 3  MAN Cijantung Ciamis. Alasan dipilihnya model picture and picture didasarkan pada pendapat Hamdani (2010: 89) bahwa “Model picture and picture adalah suatu metode yang menggunakan gambar yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang logis”. Model pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran picture and picture dapat membantu siswa untuk memusatkan perhatian terhadap materi yang disampaikan. Model pembelajaran picture and picture dianggap tepat dan mampu meningkatkan kemampuan  menulis paragraf deskriptif.

B.  METODOLOGI PENELITIAN
1.    Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, adalah metode deskriptif. Pemilihan metode ini terkait dengan penjelasan Arikunto (2010: 3) menjelaskan bahwa “Penelitian dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan”.            
Pada umumnya tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat. Dalam perkembangannya, akhir-akhir ini metode penelitian deskriptif banyak digunakan oleh peneliti karena dua alasan. Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia.
2.    Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil lokasi di MAN Cijantung Ciamis, sedangkan waktu penelitian dijadwalkan dalam waktu sekitar 8 bulan terhitung dari Desember 2014 sampai dengan Juli 2015.
3.    Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah 2 orang observer, dan 19 orang siswa kelas X 3 MAN Cijantung Ciamis yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.
4.    Prosedur Penelitian
Penelitian dengan judul pembelajaran menulis paragraf deskriptif dengan menggunakan model picture and picture dilaksanakan seperti yang terperinci sebagai berikut.
1.    Tahap Perencanaan
ü Menyusun instrumen dan memvalidasinya, baik instrumen untuk perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran menulis paragraf deskriptif yang disajikan dengan menggunakan model picture and picture, maupun instrumen untuk penilaiannya
2.    Tahap Pelaksanaan Tiap Siklus
ü Menyusun perencanaan pembelajaran menulis paragraf deskriptif dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture.
ü Melaksanakan proses pembelajaran menulis paragraf deskriptif dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture.
ü Melaksanakan observasi pembelajaran menulis paragraf deskriptif dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture.
ü Mengumpulkan data hasil observasi;
ü Menganalisis data hasil observasi;
ü Mendeskripsikan hasil analisis.
3.    Tahap Pelaporan
ü Menyusun data hasil analisis untuk menjawab pokok masalah penelitian;
ü Menyusun laporan hasil  penelitian.
5.    Teknik-teknik Pengumpulan Data
Teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.    Teknik Telaah Pustaka
Teknik ini dimaksudkan untuk memperoleh berbagai informasi, yaitu dengan cara menelaah berbagai buku untuk menemukan teori-teori yang menjelaskan data penelitian. Adapun instrumen yang digunakan dalam teknik ini adalah berupa buku-buku yang berisi penjelasan tentang model pembelajaran picture and picture.
2.    Teknik Observasi
Melalui teknik observasi dapat diketahui data sebagai bukti untuk menjawab pokok permasalahan melalui pengamatan langsung di sekolah. Instrumen yang digunakan untuk pemerolehan data tersebut adalah lembar pedoman observasi tentang langkah-langkah pembelajaran menulis paragraf deskriptif yang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture.
3.    Teknik Pembelajaran
Teknik pembelajaran digunakan sebagai alat untuk menyampaikan materi pelajaran oleh guru kepada siswa dalam proses belajar mengajar. Instrumen yang digunakan adalah langkah-langkah penggunaan model picture and picture dalam pembelajaran menulis paragraf deskriptif melalui media gambar yang belum berurutan.
4.    Teknik Tes
Teknik tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa di akhir pembelajaran pada setiap siklus. Instrumen yang digunakan adalah soal lembar tes menulis paragraf deskriptif.
5.    Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tertulis mengenai proses pembelajaran menulis paragraf deskriptif yang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture. Adapun instrumen yang digunakan yaitu dokumentasi  proses pembelajaran.
6.    Teknik Analisis Data
Teknik analisis data hasil penelitian yang nantinya akan terkumpul. Keempat data yang dimaksud, tidak lain adalah berupa data  perencanaan pembelajaran, data  pelaksanaan  pembelajaran, data prosedur, jenis, dan bentuk pengukuran dalam pembelajaran, dan data kemampuan siswa dalam pembelajaran. Keempat data tersebut dianalisis dengan cara sebagai berikut.
1.      Setiap indikator pelaksanaan pembelajaran, dianalisis dengan cara menilai secara objektif baik kualitatif maupun kuantitatif kesesuaiannya dengan alat ukur yang digunakan, yaitu kriteria langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran berdasarkan tuntutan model picture and picture.
2.      Setiap kemampuan siswa yang diperoleh melalui tes dalam pembelajaran, dianalisis dengan cara menilai secara objektif baik kuantitatif maupun kualitatif dengan menggunakan kriteria pencapaian kompetensi dasar, untuk kemudian hasilnya dibandingkan sehingga diperoleh gambaran peningkatan kemampuan siswa.

C.  LANDASAN TEORI
1.    Menulis
Keterampilan menulis adalah salah satu aspek dari keterampilan berbahasa yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Aspek tersebut merupakan satu kegiatan yang dapat dijadikan sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Tarigan (2008: 22) menyatakan bahwa “Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu”.
Dalam KBBI (2006: 987) tertulis bahwa:
Menulis adalah membuat huruf (angka, dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur dan sebagainya), melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan, roman (cerita), mengarang cerita, surat membuat surat, berkirim surat, menggambar, melukis gambar pemandangan, membatik (kain), lebih mudah mencetak dp kain.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan berbahasa dengan cara menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kemampuan dalam bahasa tulis.
Menulis merupakan kegiatan aktif-produktif-kreatif dalam berbahasa. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, penulis harus menguasai secara keseluruhan semua ide dalam pikiran yang akan ditulis dan mendapatkan beberapa cara untuk mengorganisasikan ide tersebut menurut struktur yang tepat. Alwasilah dalam Suherli (2104: 16) berpendapat bahwa “Menulis adalah suatu proses psikolinguistik, bermula dari formulasi gagasan melalui tuturan semantik, kemudian ditata dengan aturan sintaksis, selanjutnya disajikan dalam tatanan sistem tulisan”. Formulasi gagasan ke dalam tulisan itu tidak sembarangan melainkan disusun berdasarkan tata makna kata dan susunan kalimat.
Kegiatan menulis selain mementingkan unsur pikiran, penalaran, dan data faktual, juga memerhatikan aspek penggunaan bahasa sehingga menghasilkan tulisan yang baik. Sebagai gambaran penggunaan bahasa dalam menulis, dikemukakan oleh O’Shea dalam Suherli (2014: 17) bahwa “Tulisan yang baik itu cermat dalam penggunaan kata-kata, terbebas dari kata-kata bermakna ganda (ambigu), mengungkapkan gagasan objektif, ekonomis dalam mengekspresikan gagasan, dan memperhatikan pembaca”.
2.    Paragraf Deskriptif
Paragraf deskriptif adalah paragraf yang isinya menggambarkan atau menyajikan suatu objek, dalam mendeskripsikan cita rasa, hal atau bunyi berdasarkan hasil pengindraan panca indra. Senada dengan hal itu Suherli (2014: 83) mengemukakan bahwa “Paragraf deskriptif adalah paragraf yang menyajikan sesuatu berdasarkan hasil pengindraan penulis”. Penyajiannya dapat dilakukan dengan cara melukiskan, menggambarkan, memerikan tentang objek atau sesuatu hal, sehingga pembaca seolah-olah menyaksikan atau mengalaminya, sedangkan menurut Rusyana dalam Suherli (2014: 83) mengemukakan bahwa “Paragraf deskriptif sering pula dinamakan paragraf lukisan, karena paragraf ini melukiskan sesuatu secara rinci”. Pengambaran dalam jenis paragraf ini disajikan secara lengkap berdasarkan hal-hal yang dapat diamati berdasarkan indra manusia.
Penggambaran yang dilakukan penulis adalah penyajian paragraf berdasarkan hal-hal yang dapat disaksikan atau diamatinya. Dalam menggambarkan sesuatu itu, penulis dapat menyertakan bukti berupa gambar, peta, denah, atau grafik. Penyertaan tersebut merupakan cara yang dilakukan agar pembaca lebih meyakini peristiwa tersebut. Misalnya, penggambaran daerah yang dianggap rawan longsor dengan denah akan dapat meyakinkan pembaca dan dapat membayangkan penggambran tersebut dengan kondisi nyata.
Adapun karateristik paragraf deskriptif menurut Suherli (2014: 84) adalah:
a.    penyajian karangan berupa hal-hal dari hasil pengamatan atau penginderaan (sesuatu yang dilihat, dirasakan, atau dialami);
b.    sajian karangan berupa penggambaran sesuatu dengan maksud agar pembaca seakan menyaksikan sendiri;
c.    penggambaran yang dilakukan dalam karangan deskriptif dilakukan secara abstrak.

Berikut ini contoh paragraf deskriptif yang dikutip dari Suherli (2014: 84) sebagai berikut.
Hutan yang Tidak Dipelihara
Pada Minggu, 16 Januari 2005, sekira pukul 11.20, Kali Pedut di kali Keling, Jepara meluap dengan menggelontorkan lumpur coklat kehitam-hitaman. Peristiwa itu menjadi tontonan warga yang kebetulan melintas di jalan raya antara Tayu-Jepara.
Luapan air di Kali Pedut berbeda dengan di Kali Geulis. Dari luar tampak luapan air di Kali Geulis berwarna coklat biasa, sedangkan banjir yang terjadi di lingkungan sekitar Kali Pedut, kondisi airnya coklat kehitam-hitaman dan bau yang tidak sedap. Dari air yang menggelontor di ujung sungai itu tampak sampah-sampah rumah tangga yang sudah membusuk.
Hutan di daerah hulu sungai itu ternyata sudah tidak dipelihara dan dari jauh tampak gundul. Kerusakan hutan tersebut akibat penebangan liar yang tidak terkendalikan. Akhir-akhir ini warga setempat memenuhi kebutuhannya banyak megandalkan kekayaan alam. Penebangan pohon di hutan dengan semena-mena itu membuat hutan semakin gundul dan tidak dapat mengatur sirkulasi air. Ketika hujan turun, erosi tidak dapat dicegah lagi. Di samping itu, longsor juga tampak di beberapa lereng, di daerah hulu sungai (Suara Merdeka, Januari 2005 [dengan penyesuaian]).

Pada paragraf deskriptif di atas tampak penggambaran suatu peristiwa dan keadaan. Paragraf pertama menggambarkan peristiwa banjir. Paragraf kedua menggambarkan luapan air Kali Padut. Paragraf ketiga menggambarkan hutan yang tidak dipelihara. Paragraf di atas memberikan gambaran tentang peristiwa banjir dan penyebabnya.
3.    Langkah-langkah Menulis Paragraf Deskriptif
Langkah-langkah menulis paragraf deskriptif adalah sebagai berikut.
1.    Menentukan tema.
Langkah awal dalam membuat suatu paragraf atau karangan deskriptif adalah menentukan tema atau topik. Tema dapat diartikan sebagai suatu pokok pikiran, sedangkan topik adalah pokok pembicaraan. Dalam menentukan tema atau topik penulis harus betul-betul menguasai permasalahan apa yang akan ditulis. Jadi, agar tema atau topik benar-benar terwujud pilihlah topik yang benar-benar menarik perhatian.
2.    Mengumpulkan data.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, perlu mencari bahan  berupa keterangan-keterangan yang berhubungan dengan tema atau topik yang telah ditentukan. Kegiatan mengumpulkan data dapat dilkukan dengan melakukan observasi atau pengamatan tentang suatu objek yang akan dijadikan bahan dalam menulis paragraf deskriptif.
3.    Menganalisis data.
Langkah selanjutnya setelah data terkumpul adalah menganalisis data yang dapat disusun menjadi sebuah kerangka paragraf deskriptif. Data yang diperoleh diuraikan menjadi beberapa kerangka paragraf deskriptif. Kerangka paragraf merupakan pedoman atau acuan tentang hal-hal apa saja yang akan ditulis sehingga tulisan menjadi jelas dan terarah.
4.    Membuat paragraf.
Langkah selanjutnya setelah menganalisis data dan menyusun kerangka paragraf, hal yang dilakukan adalah mengembangkan kerangka menjadi sebuah paragraf deskriptif yang utuh. Dalam menyusun paragraf deskriptif ada beberapa unsur yang harus diperhatikan, yaitu (1) gagasan yang dikemukakan harus sesuai tema/topik, (2) organisasi isi atau urutan peristiwa digambarkan secara jelas, (3) menggunakan diksi atau pilihan kata sesuai dengan ejaan yang disempurnakan.
4.    Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurukukum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk guru di kelas.
Suprijono (2010: 46) mengatakan bahwa “Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial”. Senada dengan itu, Arends dalam Suprijono (2010: 46) mengatakan “Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas”. Oleh karena itu, model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Merujuk pemikiran Joyce dalam Suprijono (2010: 46), “Fungsi model adalah each model guides us as we design intruction to help students achieve various objectives”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
5.    Model Picture and Picture
Model pembelajaran merupakan bagian yang sangat penting dalam pengajaran, karena setiap guru jika ingin mengembangkan siswa di dalam kelas harus bekerja keras untuk memberikan model pembelajaran yang kreatif. Menurut Joyce & Weil dalam Rusman (2012: 133)  berpendapat bahwa “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain”.
Senada dengan hal itu Mills dalam Suprijono (2010: 45) berpendapat bahwa “Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru harus benar-benar dipikirkan secara sistematis.
Picture and picture adalah suatu model pembelajaran dengan menggunaan media gambar. Hamdani (2010: 89) mengemukakan bahwa “Model picture and picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang logis”. Dalam operasionalnya gambar-gambar dipasangkan satu sama lain atau bisa jadi diurutkan menjadi urutan yang logis.
Model pembelajaran picture and picture merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran picture and picture memiliki ciri aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Model pembelajaran hendaknya selalu menekankan aktifnya siswa dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif artinya setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat siswa. Kreatif artinya setiap pembelajaran harus menimbulkan minat kepada siswa untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran. Prinsip dasar dalam model pembelajaran picture and picture  adalah sebagai berikut.
a.    Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya;
b.    Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama;
c.    Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya;
d.   Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
e.    Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya;
f.     Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif
.
D.  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.    Analisis Langkah-langkah Pembelajaran dengan Menggunakan Model Picture and Picture dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Deskriptif
a.         Analisis Langkah-langkah Siklus I
Proses pembelajaran menulis paragraf deskriptif dengan menggunakan model picture and picture di kelas X 3 MAN Cijantung Ciamis pada siklus I, telah dilaksanakan dan tidak menyimpang dari rencana. Setiap tahapan yang ditempuh telah menggambarkan proses penelitian tindakan kelas sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto (2010: 16), bahwa “Dalam penelitian tindakan kelas dilakukan melalui proses yang dinamis dan kompelentari yang terdiri dari empat momentun essensial, yaitu: (1) penyusunan rencana (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observation); dan refleksi (reflection)”. Hal  ini berarti, prosesi yang telah ditempuh peneliti, benar.
Rencana (planning) pembelajaran yang disusun terdiri atas komponen-komponen pembelajaran menulis paragraf deskriptif dengan menggunakan model picture and picture di kelas X 3 MAN Cijantung Ciamis. Rencana pembelajaran tersebut merupakan hasil refleksi dari hasil pembelajaran awal. Oleh karena itu, tentu saja segala sesuatunya diprioritaskan untuk mendongkrak kesulitan guru dalam membelajarkan siswa yang lebih berimbas pada hasil belajar dan aktivitas belajar siswa tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mendongkraknya menggunakan  model picture and picture.
Pelaksanaan (acting) pembelajaran menulis paragraf deskriptif dengan menggunakan model picture and picture di kelas X 3 MAN Cijantung Ciamis pada siklus I, terbukti tidak berjalan sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan karena guru dan siswa tidak terbiasa dengan kondisi pembelajaran seperti ini. Hal ini memang sangat dirasakan, baik oleh guru maupun siswa. Namun hal itu tidak berlangsung sampai akhir, dalam arti secara bertahap mengalami perubahan, sesuai dengan upaya yang dilakukan guru. Upaya tersebut  didasarkan pada pemahamannya terhadap langkah-langkah yang seharusnya ditempuh. Bertindak situasional dalam memberdayakan setiap langkah itu, telah mewarnai aktivitas guru pada saat membimbing, mengarahkan siswa agar belajar dalam konteks yang diinginkan. Walau tidak terlaksana secara optimal, hal ini masih beruntung daripada  menyalahi sama sekali.
Pengamatan (observing) dilakukan oleh guru yang menjadi observer dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Adapun hal-hal  yang diamati difokuskan pada aktivitas guru dalam membelajarkan dan aktivitas belajar siswa saat menempuh prosesi pembelajaran dengan  model picture and picure. Tidak satupun langkah yang terlewat pada saat pengamatan. Oleh karenanya hasil yang diperoleh cukup memberikan arti untuk dijadikan bahan refleksi atau diskusi oleh peneliti dengan guru yang menjadi observer. Dengan adanya tahapan ini data yang diperoleh benar-benar  objektif dan lepas dari perkiraaan subjektif yang dapat menimbulkan bias bagi siapapun, terutama bagi pokok masalah penelitian. Untuk kemudian perolehan hasil pengamatan tersebut direfleksi (reflecting) agar dapat diketahui artinya yang sebenarnya dari prosedur perbaikan  pembelajaran ini pada siklus I.
Hasil refleksi menunjukkan ada perubahan walau belum optimal, baik dalam hal aktivitas belajar siswa, aktivitas belajar guru dalam membelajarkan siswa maupun hasil belajar siswa. Untuk memperbaikinya, peneliti serta guru observer merasa sepakat agar pada siklus II, menempuh langkah-langkah untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai, yaitu melalui motivasi siswa agar belajar lebih aktif, mengintensifkan bimbingan, dan memberikan pengakuan atau pengahargaan (reaward) kepada siapapun siswa yang berhasil menempuh proses belajar sebagaimana yang diharapkan. Langkah-langkah tersebut dipandang sebagai satu kebijakan yang normatif  yang dituangkan  dalam  rencana perbaikan  pembelajaran  siklus II.
b.   Analisis Langkah-langkah Siklus II
Tidak jauh berbeda dengan kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I, dalam  siklus II pun  diawali dengan  tahapan menyusun  rencana (planning) berdasarkan hasil refleksi terhadap hasil pembelajaran siklus I. Ada sedikit yang berbeda dengan rencana perbaikan pembelajaran   siklus I, yaitu pada langkah-langkah pembelajaran siswa berubah  ke arah aktivitas dan hasil belajar yang diharapkan. Perbedaaanya sangat jelas, yaitu pada siklus II terdapat upaya memotivasi, membimbing secara intensif, dan pemberian penghargaaan kepada siswa yang berhasil merespon setiap langkah yang diberdayakan berdasarkan hasil refleksi terhadap langkah-langkah pembelajaran pada siklus I. Upaya seperti itu  tidak ada pada pembelajaran siklus I. Hal ini berarti perencanaan yang dikembangkan untuk kepentingan pembelajaran siklus II, dimulai lebih matang.
Memasuki tahap pelaksanaan (acting), guru dan siswa berusaha  sepenuh hati melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan  rencana. Aktivitas guru baik saat menyampaikan materi, maupun saat melaksanakan aktivitas tindak lanjut tampak semakin lancar dan penuh pertimbangan. Sehingga tidak satu kendalapun yang dihadapinya. Proses pembelajaran yang terjadi lebih hidup dan lebih semangat dari pembelajaran sebelumnya. Hal ini bisa dimaklumi bersama, sebab  adanya usaha guru yang lebih kreatif, membangkitkan semangat siswa dalam pembelajaran. Demikian pun dengan siswa atas dasar itu  penilaian  yang diberikan observator yang mengamati kegiatan pembelajaran secara langsung, memberi nilai lebih baik terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa yang sebelumnya diklaim kurang berhasil, baik oleh  peneliti maupun observator.
Hasil pengamatan observator menunjukkan bahwa proses   pembelajaran pada siklus II, benar-benar memuaskan. Seluruh siswa mengalami peningkatan hasil belajar.
Pada tahap refleksi peneliti dan observator mencoba melakukan analisis dan menginterpretasikan hasilnya, yang menunjukkan telah terjadi perubahan ke arah yang lebih baik, baik pada guru maupun pada siswa. Atas dasar itu pula seluruh siswa berhasil memenuhi standar ketuntasan minimal, sehingga tidak perlu dilakukan perbaikan pembelajaran siklus berikutnya.
2.    Analisis Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Deskriptif setelah Mengikuti Pembelajaran dengan Menggunakan Model Picture and Picture pada Siklus I dan Siklus II
Setelah dilakukan analisis  terhadap ketiga indikator  yang dijadikan tolak ukur keberhasilan dalam penelitian ini, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan siswa dalam menulis paragraf deskriptif. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil kemampuan siswa dari nilai rata-rata 74,73 di siklus I menjadi nilai rata-rata 90 di siklus II.
Berdasarkan hasil analisis peningkatan kemampuan siswa di atas, maka tampak peningkatan antara masing-masing siklus sebagai berikut.

Tabel 4.10
Rekapitulasi Hasil Penelitian Masing-masing  Siklus

Keterangan  
Siklus I
Siklus II
Jumlah
1420
1710
Rata-rata
74,73
90
Selisih
15,27

Rekapitulasi peningkatan kemampuan siswa dalam menulis paragraf deskriptif dengan menggunakan model picture and picture pada siklus I dan II disajikan secara garis besar. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan dari mulai hasil belajar siklus I ke hasil belajar siklus II. Serta rekapitulasi dari hasil belajar awal sampai hasil siklus kedua. Adapun hasil belajar siswa menulis paragraf deskriptif dengan menggunakan model picture and picture disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.11
Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa dalam Menulis Paragraf Deskriptif
dengan Menggunakan Model Pembelajaran Picture and Picture
Siklus I dan Siklus II

No
Kemampuan Awal
Siklus I
Siklus II
Keterangan
Nama Siswa
Nilai
Kategori
Nama Siswa
Nilai
Kategori
Nama Siswa
Nilai
Kategori

1
Subjek 01
65
BM
Subjek 01
70
BM
Subjek 01
85
M
Ada Peningkatan
2
Subjek 02
60
BM
Subjek 02
85
M
Subjek 02
90
M
Ada Peningkatan
3
Subjek 03
80
M
Subjek 03
80
M
Subjek 03
95
M
Ada Peningkatan
4
Subjek 04
70
BM
Subjek 04
65
BM
Subjek 04
85
M
Ada Peningkatan
5
Subjek 05
60
BM
Subjek 05
70
BM
Subjek 05
85
M
Ada Peningkatan
6
Subjek 06
65
BM
Subjek 06
70
BM
Subjek 06
90
M
Ada Peningkatan
7
Subjek 07
70
BM
Subjek 07
70
BM
Subjek 07
90
M
Ada Peningkatan
8
Subjek 08
80
M
Subjek 08
70
BM
Subjek 08
90
M
Ada Peningkatan
9
Subjek 09
65
BM
Subjek 09
75
BM
Subjek 09
85
M
Ada Peningkatan
10
Subjek 10
65
BM
Subjek 10
70
BM
Subjek 10
85
M
Ada Peningkatan
11
Subjek 11
60
BM
Subjek 11
65
BM
Subjek 11
85
M
Ada Peningkatan
12
Subjek 12
65
BM
Subjek 12
75
BM
Subjek 12
90
M
Ada Peningkatan
13
Subjek 13
80
M
Subjek 13
85
M
Subjek 13
100
M
Ada Peningkatan
14
Subjek 14
70
BM
Subjek 14
85
M
Subjek 14
90
M
Ada Peningkatan
15
Subjek 15
80
M
Subjek 15
85
M
Subjek 15
100
M
Ada Peningkatan
16
Subjek 16
65
BM
Subjek 16
80
M
Subjek 16
95
M
Ada Peningkatan
17
Subjek 17
80
M
Subjek 17
85
M
Subjek 17
100
M
Ada Peningkatan
18
Subjek 18
65
BM
Subjek 18
70
BM
Subjek 18
85
M
Ada Peningkatan
19
Subjek 19
60
BM
Subjek 19
65
BM
Subjek 19
85
M
Ada Peningkatan

Jumlah Skor
1305
-
Jumlah Skor
1420
-
Jumlah Skor
1675
-
Ada Peningkatan

Rata-rata
68,68
BM
Rata-rata
74,73
BM
Rata-rata
90
M
Ada Peningkatan

Persentase Keberhasilan
26,31%

Persentase Keberhasilan
36,84%

Persentase Keberhasilan
100%




Lebih jelasnya mengenai perbandingan hasil peningkatan kemampuan siswa kelas X 3 MAN Cijantung Ciamis setelah mengikuti perbaikan pembelajaran terlihat dalam grafik sebagai berikut.

Grafik 4.1
Perbandingan Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Deskriptif
dengan Menggunakan Model Pembelajaran Picture and Picture Per Siklus

3.     
 
4.       
5.       
6.       
7.       
8.       
9.       
10.   
11.   

Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis paragraf deskriptif dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture, pada tiap siklusnya mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil rata-rata nilai dan kemampuan meningkat setelah peneliti menggunakan model pembelajaran picture and picture pada tindakan siklus I dan siklus II. Rata-rata nilai pada kemampuan awal siswa adalah 68,68 dan hanya 5 siswa atau 26,31 % yang dinyatakan mampu, pada siklus I rata-rata nilai yaitu 74,73 dan hanya 7 siswa atau 36,84% yang dinyatakan mampu, sedangkan siklus II rata-rata nilai 90 dan seluruh siswa yang berjumlah 19 dinyatakan mampu atau 100%.

E.  SIMPULAN DAN SARAN
1.    Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut.
a)    Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran menulis paragraf deskriptif dengan menggunakan model picture and picture, yaitu:
1.    Kegiatan Awal
Pada saat kegiatan awal dilaksanakan guru mengawali kegiatan dengan melakukan apersepsi, melalui tanya jawab  dengan siswa sehubungan dengan materi yang akan dipelajari. Hal ini  untuk menguji sejauh mana  pengetahuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan, kemudian menjelaskan langkah-langkah belajar dan tujuan belajar yang harus dicapai oleh siswa, dan saling memotivasi.
2.    Kegiatan Inti
Mengawali kegiatan inti, pada tahap eksplorasi siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran, siswa mengajukan pertanyaan yang diajukan guru dan mendengarkan penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung. Guru menjelaskan konsep pembelajaran menulis paragraf deskriptif dengan menggunakan model picture and picture. Guru membentuk kelompok diskusi yang terdiri dari 4 orang. Masing-masing kelompok diberikan sebuah contoh paragraf deskriptif, kemudian siswa dalam kelompok mengamati dan berdiskusi untuk mengidentifikasi karakteristik paragraf deskriptif.
Pada saat elaborasi guru melakukan pembelajaran dengan menggunakan model picture and picture, dengan gambar sebagai media utamanya. Guru memperlihatkan gambar-gambar yang belum beruturan sebagai bahan dalam menulis paragraf deskriptif. Masing-masing siswa dalam kelompok mendapat giliran untuk mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis. Guru menayakan alasan dasar pemilihan urutan gambar tersebut, dan siswa lain menanggapi. Setelah gambar tersusun logis, guru mulai menanamkan konsep materi pembelajaran menulis paragraf deskriptif dari gambar yang disajikan. Guru memberikan tugas kepada masing-masing siswa dalam kelompok untuk mengungkapkan tema/topik dari gambar yang sudah tersusun logis, membuat kerangka paragraf, dan mengembangkan kerangka tersebut menjadi paragraf deskriptif dengan memperhatikan diksi atau pilihan kata yang sesuai. Setiap siswa dalam kelompok diminta untuk melaporkan hasil pekerjaannya.
Pada tahap konfirmasi, guru bertanya kepada siswa seputar materi pembelajaran dan siswa menjawab pertanyaan guru. Siswa menerima pemantapan dari guru sehubungan dengan hasil proses belajar yang telah ditempuhnya.
3.    Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir yang terdiri atas langkah-langkah yang telah direncanakan benar-benar ditempuh oleh peneliti  dan siswa. Dengan diawali oleh upaya memotivasi siswa guru memberikan rangkuman/simpulan dari kegiatan pembelajaran menulis paragraf deskriptif sebelum menempuh tes formatif. Barulah setelah itu peneliti  mengintruksikan kepada seluruh siswa agar mereka mempersiapkan diri untuk melaksanakan tes formatif. Kegiatan tes formatif  berjalan dengan tertib karena adanya pengawasan yang dilakukan oleh peneliti. Mengakhiri kegiatan akhir  penggunaan model picture and picture  pada siklus I peneliti  dan siswa saling menyampaikan pesan dan kesan yang dirasakan oleh masing-masing.
b)   Terdapat peningkatan kemampuan siswa dalam menulis paragraf deskriptif di kelas X 3 MAN Cijantung Ciamis, setelah menggunakan model picture and picture. Peningkatan ini dapat diketahui dari 19 siswa dari kemampuan awal sebelum menggunakan model picture and picture yaitu indikator menentukan topik dengan rata-rata nilai 15,78, indikator menyusun kerangka dengan rata-rata 21,57, indikator mengembangkan kerangka menjadi paragraf deskriptif dengan rata-rata nilai 31,57, sehingga rata-rata nilai kemampuan awal siswa adalah 68,68 dengan persentase keberhasilan sebesar 26,31%. Pada pembelajaran siklus I, indikator kemampuan menentukan topik dengan rata-rata nilai 17,10, indikator menyusun kerangka dengan rata-rata nilai 23,42, indikator mengembangkan kerangka menjadi paragraf deskriptif dengan rata-rata nilai 34,21, sehingga rata-rata nilai kemampuan menulis paragraf deskriptif pada siklus I adalah 74,73 dengan persentase keberhasilan sebesar 36,84%. Pada pembelajaran siklus II, indikator kemampuan menentukan topik dengan rata-rata nilai 20, indikator menyusun kerangka dengan rata-rata nilai 27,36, indikator mengembangkan kerangka menjadi paragraf deskriptif dengan rata-rata nilai 42,63, sehingga rata-rata nilai kemampuan menulis paragraf deskriptif pada siklus II adalah 90 dengan persentase keberhasilan sebesar 100%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan yang signifikan dalam menulis paragraf deskriptif dengan model picture and picture, siswa merasa mampu dan aktif saat pembelajaran. Siswa juga senang karena di kelas tidak merasa bosan, juga lebih mudah dalam menyusun paragraf deskriptif. Selain itu, siswa lebih mampu dalam mengungkapkan tema/topik dari gambar yang ditampilkan, menyusun kerangka paragraf, dan mengembangkan kerangka menjadi paragraf deskriptif.
2.    Saran
Berdasarkan simpulan di atas, penulis menarik beberapa saran sebagai berikut.
a.    Hendaknya guru mampu menciptakan suasana belajar yang nyaman, mengasyikkan dan meningkatkan rasa semangat siswa, agar siswa tidak merasa bosan pada saat pembelajaran berlangsung.
b.    Model picture and picture ini sangat cocok digunakan guru karena model ini menuntut siswa untuk lebih aktif dan berpikir kritis, sehingga memunculkan ide-ide untuk menulis khususnya dalam kegiatan menulis paragraf deskriptif.
c.    Model picture and picture juga efektif untuk dijadikan model pembelajaran, dengan demikian diharapkan guru tidak hanya menggunakan model ini pada pembelajaran menulis paragraf deskriptif tapi pada pembelajaran lain.
d.   Kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis paragraf deskriptif dengan menggunakan model picture and picture menunjukan peningkatan yang signifikan. Maka dari itu, diharapkan guru bahasa Indonesia khususnya di MAN Cijantung Ciamis mau menggunakan model ini dalam pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi-kompetensi lain.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus, dkk. 2012. Kemampuan Menulis & Berbicara Akademik. Jakarta: Rizqi Press.

Arifin, E. Zenal dan S. Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapress.

Arikunto, Suharsimi,  dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Saiful. Bachri. 2010. Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Satuan Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan. 2005. KBBI. Jakarta: Balai Pustaka.

Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Kusmana, Suherli. 2007. Menulis Karangan Ilmiah Kajian dan Penuntun Dalam Menyusun Karya Tulis Ilmiah. Depok: Arya Duta.

Kusmana, Suherli. 2014. Kreativitas Menulis. Yogyakarta: Ombak.

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syamsuddin A.R. 2006. Kompetensi Berbahasa dan Sastra Indonesia Kelas X. Surakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.














DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Description: ade_NEW
Ade Irawan Setiawan, lahir di Kabupaten Ciamis, 1 Januari 1990. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara buah hati dari pernikahan Bapak Komarudin  dan Ibu Rohmah. Penulis  tinggal di Dusun Cipeundeuy RT 02 / RW 01, Desa Ciharalang, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis.
            Riwayat pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain, mengawali pendidikan di TK Harapan Mekar lulus pada tahun 1996, kemudian melanjutkan ke SD Negeri 2 Ciharalang lulus pada tahun 2002, kemudian melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Cijeungjing, lulus pada tahun 2005. Setelah itu penulis melanjutkan ke sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Ciamis jurusan IPS, lulus pada tahun 2008.
            Setelah lulus dari SMA Negeri 2 Ciamis, kemudian penulis melanjutkan studi ke Universitas Galuh Ciamis dan masuk ke Fakultas Kegururan dan Ilmu Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
            Saat menyelesaikan tugas akhirnya, penulis melakukan penelitian dan menulis karya tulis ilmiah atau skripsi dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Deskriptif dengan Menggunakan Model Pembelajaran Picture and Picture (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X 3 MAN Cijantung Ciamis)”.



Sunday, February 4, 2018

PROSES PEMBELAJARAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH

PROSES PEMBELAJARAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH
Oleh
Ade Irawan Setiawan

Berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa, selain keterampilan menyimak, membaca, dan menulis. Dibandingkan dengan dengan keterampilan bahasa yang lain, keterampilan berbicara lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa termasuk siswa di sekolah. Hal itu disebabkan keterampilan berbicara menghendaki penguasaan secara spesifik untuk mengungkapkan ide atau gagasan yang kritis dan kreatif, serta harus menguasi lambang-lambang bunyi. Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara.
Siswa yang mempunyai keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh penyimaknya. Berbicara menunjang keterampilan membaca dan menulis. Menulis dan berbicara  mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan bersifat menyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam berbicara juga akan bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan. Akan tetapi, masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua siswa mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Oleh sebab itu, pembinaan keterampilan berbicara harus dilakukan sedini mungkin.
            Pembelajaran berbicara dimaksudkan agar siswa mampu mempelajari keterampilan berbicara yang di dalamnya juga terdapat hakikat penguasaan linguistik terapan dan konten-konten tertentu yang diasumsikan memperkaya pengetahuan siswa. Dalam menyusun perencanaan pembelajaran yang baik, seorang guru harus memahami prinsip-prinsip pembelajaran dengan baik. Hal ini dikarenakan dengan memahami prinsip pembelajaran, seorang guru dapat bertindak dalam arti melakukan pembelajaran sesuai dengan pokok dan kaidah yang berlaku. Guna dapat menjadi seorang guru bahasa yang handal, penguasaan atas prinsip-prinsip pemebelajaran bahasa menjadi sebuah keharusan. Proses pembelajaran berbicara pada sekolah menengah dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu :
A.  Prinsip Pembelajaran Bahasa
Prinsip pembelajaran bahasa merupakan teori-teori dasar yang melandasi terlaksananya proses pembelajaran bahasa. Ditinjau dari sudut pandangannya prinsip pembelajaran bahasa secara umum dapat  dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu :
1)      Prinsip Pembelajaran Bahasa dari sudut pandang Filosofis.
Ditinjau dari segi filosofis (keilmuan dan filsafat) minimalnya ada empat teori dasar filsafat yang dapat dijadikan prinsip pembelajaran bahasa,empat prinsip dasar itu diantaranya:
a)      Humanisme.
Dalam teori humanisme, setiap siswa memiliki tanggung jawab terhadap pembelajaran mereka masing-masing, mampu mengambil keputusan sendiri, memilih dan mengusulkan aktivitas yang akan dilakukan mengungkapkan perasaan dan pendapat mengenai kebutuhan, dan kesenangannya. Dalam hal ini, guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran, bukan menyampaikan pengetahuan.
b)      Progresivisme
Menurut Saud et.al. (2006) prinsip Progresivisme pembelajaran bahasa berisi wawasan tentang penguasaan pengetahuan dan keterampilan tidak bersifat mekanistis tetapi memerlukan daya kreasi. Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan melalui kreativitas ini berkembang secara berkesinambungan. Dalam proses belajarnya, siswa sering kali dihadapkan pada masalah yang memerlukan pemecahan secara baru.
c)      Rekonstruksionisme
Saud et.al. (2006) menyatakan bahwa prinsip rekonstruksionisme beranggapan bahwa proses belajar disikapi sebagai kreativitas dalam menata serta menghubungkan pengalaman dan pengetahuan hingga membentuk suatu keutuhan.
2)      Prinsip Pembelajaran Bahasa dari Sudut Pandang Pembelajaran Bahasa.
Ditinjau dari segi pembelajaran bahasa, prinsip pembelajaran terdiri atas tiga domain pembelajaran bahasa yakni kognitif, afektif, dan kompetensi linguistik.
a.       Prinsip Kognitif
Prinsip kognitif pemebelajaran bahasa dapat dikatakan sebagai prinsip pembelajaran bahasa yang menenkankan diri pada domain kognitif dengan fokus utamanya adalah mental dan fungsi intelektual. Prinsip kognitif ini terdiri atas prinsip-prinsip sebagai berikut, yaitu :
Ø  Prinsip pertama : keotomatisan
Secara umum dapat dikatakan bahwa anak akan secara otomatis memperoleh bahasa (kata-kata,imbuhan-imbuhan,kalimat-kalimat, aturan-aturan, dan yang lainnya) dengan hanya memberikan sedikit perhatian terhadap penggunaan bahasa di lingkungan sekitarnya. ( Barry Mc. Laughlin dan Brown : 2001 )
Ø  Prinsip kedua : Pembelajaran bermakna
Pembelajaran bermakna dapat diartikan bahwa proses pembelajaran harus mampu memberikan penyadaran kepada siswa bahwa apa yang dipelajarinya sangat berguna bagi dirinya, baik pada masa sekolah maupun pada masa yang akan datang.
Ø  Prinsip ketiga : penghargaan
Menurut B.F. Skinner pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila benar-benar menyajikan stimulus yang banyak untuk menghasilkan respon sebanyak-banyaknya serta diikuti dengan penguatan tas respon yang telah dihasilkan tersebut.
Ø  Prinsip keempat : motivasi intrinsik
Guna membangkitkan motivasi intrinsik pada siswa seorang guru harus mampu menyusun perencanaan pembelajaran yang berfungsi sebagai pembentuk motivasi intrinsik siswanya.
Ø  Prinsip kelima : investasi strategik
Pembelajaran dilakukan dengan mengoptimalkan guru sebagai pusat proses pembelajaran. Dalam kondisi ini siswa dianggap tidak memegang peranan penting bagi dirinya sendiri dalam mencapai prestasi belajar.
b.      Prinsip Afektif.
Prinsip afektif merupakan prinsip pembelajaran yang menekankan pada aspek emosional. Beberapa prinsip pembelajaran efektif diuraikan sebagai berikut :
a.       Prinsip ke-6 : sikap bahasa
b.      Prinsip ke-7 : kepercayaan diri
c.       Prinsip ke-8 : pengambilan risiko
d.      Prinsip ke-9 : hubungan bahasa dan budaya
3)      Prinsip Ilmu Bahasa
Prinsip pembelajaran bahasa terakhir berhubungan dengan bahasa itu sendiri. Dalam hal ini, prinsip-prinsip berikut akan menghubungkan siswa dengan sistem linguistik yang sangat kompleks sebagai bagian bagi keberhasilannya dalam mempelajari bahasa tujuan.
a.       Prinsip ke- 10 : Pengaruh bahasa ibu
b.      Prinsip ke-11 : Bahasa pengantar
c.       Prinsip ke-12 : kompetensi komunikatif yang terdiri dari beberapa kompetensi pendukung.diantaranya (1) kompetensi gramatikal dan wacana, (2) kompetensi pragmatic dan sosiolinguistik,(3) kompetensi strategi,dan (4) Kompetensi psikomotorik (pelafalan).
B.  Prinsip Pembelajaran Berbicara
      Pelaksanaan pembelajaran berbicara akan mampu berjalan dengan baik jika seorang guru memahami benar prinsip-prinsip pempelajaran berbicara. Selanjutnya, Brown (2001) mengemukakan beberapa prinsip pembelajaran berbicara sebagai berikut :
a)      Gunakan teknik pembelajaran yang mampu menaungi seluruh kebutuhan siswa, baik pada pembelajaran berbicara yang memfokuskan diri pada keakurasian bahasa maupun pembelajaran menyimak berbasis penyampaian pesan secara interaktif,bermakna,dan penuh pemahaman.
b)      Kembangkan motivasi intrinsic pada diri siswa selama pembelajaran berbicara.
c)      Kembangkan penggunaan bahasa otentik dalam konteks yang bermakna bagi siswa sebagai bahan ajar berbicara.
d)     Berilah koreksi dan umpan balik atas kinerja berbicara siswa secara teratur dan berkesinambungan selama pembelajaran berbicara.
e)      Manfaatkan hubunga alamiah antara kemampuan berbicara dengan kemampuan menyimak sebagai sarana pembelajaran berbicara terintegrasi
f)       Berilah setiap siswa peluang untuk berinisiasi dalam kegiatan komunikasi lisan.
g)      Gunakanlah berbagai strategi pengembangan berbicara yang dapat merangsang kemampuan siswa berkembang.
C.     Orientasi Pembelajaran Berbicara
Setiap kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai target hasil belajar tertentu. Salah satu target hasil belajar yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran berbicara di sekolah menengah adalah siswa. Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh pakarena keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di sekolah. Keberhasilan  belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan berbicara mereka. Siswa yang tidak mampu  berbicara dengan baik dan benar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran.
Pembelajaran berbicara di sekolah menengah dilaksanakan dengan berbagai metode. Setiap metode pembelajaran berbicara mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Metode yang satu akan melengkapi metode yang lain. Guru dapat memilih salah satu atau menggabungkan berbagai metode sesuai dengan kondisi siswa dan tersedianya sarana pendukung lainnya. Selain itu, guru juga boleh menciptakan model baru dalam pelaksanaan pembelajaran berbicara.
Pendekatan pengalaman berbahasa merupakan salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan kelancaran dalam berbicara di sekolah menengah, karena dalam pendekatan pengalaman berbahasa, materi  dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan muridnya secara tatap muka. Dalam kegiatan pengembangan materi  itu dapat dikembangkan semua keterampilan berbahasa; menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dengan padukannya  semua keterampilan dalam suatu kegiatan itu guru dituntut untuk lebih kreatif.
Orientasi pembelajaran berbicara dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan. Secara esensial minimal ada empat tujuan penting dalam pembelajaran berbicara di sekolah, yaitu (1) membentuk kepekaan siswa terhadap sumber ide, (2) membangun kemampuan siswa menghasilkan ide, (3) melatih kemampuan berbicara untuk berbagai tujuan, dan (4) membina kreativitas berbicara siswa. Pembinaan dan pengembangan keterampilan berbicara siswa di sekolah menengah menjadi tanggung jawab guru-guru bahasa Indonesia. Mereka harus dapat menciptakan suasana dan kesempatan belajar berbicara bagi siswa-siswa. Mereka harus sabar dan tekun memotivasi dan melatih siswa berbicara. Karena itu guru bahasa Indonesia harus mengenal, mengetahui, menghayati, dan dapat menerapkan berbagai teknik, teknik atau cara mengajarkan keterampilan berbicara, sehingga pengajaran berbicara menarik, merangsang, bervariasi, dan menimbulkan minat belajar berbicara bagi siswa.











DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. (2012). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama.

Sunday, January 31, 2016

puisi chairil anwar

AKU
Karya: Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Derai-derai Cemara
Karya: Chairil Anwar
Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

Tuti Artic
Karya: Chairil Anwar
Antara bahagia sekarang dan nanti jurang ternganga,
adikku yang lagi keenakan menjilat es artic;
sore ini kau cintaku, kuhiasi dengan susu + coca cola
isteriku dalam latihan; kita hentikan jam berdetik.
Kau pintar benar bercium, ada goresan tinggal terasa
-ketika kita bersepeda kuantar kau pulang -
panas darahmu, sungguh lekas kau jadi dara,
mimpi tua bangka ke langit lagi menjulang.
Pilihanmu saban hari menjemput, saban kali bertukar;
Besok kita berselisih jalan, tidak kenal tahu:
Sorga hanya permainan sebentar.
Aku juga seperti kau, semua lekas berlalu
Aku dan Tuti + Greet + Amoi… hati terlantar,

Lagu Siul
Karya: Chairil Anwar
Laron pada mati
Terbakar di sumbu lampu
Aku juga menemu
Ajal di cerlang caya matamu
Heran! Ini badan yang selama berjaga

Tak Sepadan
Karya: Chairil Anwar
Aku kira:
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa Ahasveros
Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak saru juga pintu terbuka
Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak ‘kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangga
Habis hangus di api matamu
‘Ku kayak tidak tahu saja
Cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar.

Cintaku Jauh di Pulau
Karya: Chairil Anwar
Cintaku jauh di pulau
Gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya
Di air yang tenang, di angin mendayu
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.


Sajak Putih
Karya: Chairil Anwar
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah…

Prajurit Jaga Malam
Karya: Chairil Anwar
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!


Cintaku Jauh di Pulau
Karya: Chairil Anwar
Cintaku jauh di pulau
Gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya
Di air yang tenang, di angin mendayu
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.


Yang Terampas Dan Yang Terputus
Karya: Chairil Anwar
Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
Menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
Malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin
Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
Tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku.

Rumahku
Karya: Chairil Anwar
Rumahku dari unggun-timbun sajak
Kaca jernih dari luar segala nampak
Kulari dari gedong lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalan
Kemah kudirikan ketika senjakala
Di pagi terbang entah ke mana
Rumahku dari unggun-timbun sajak
Di sini aku berbini dan beranak
Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
Jika menagih yang satu

Senja Di Pelabuhan Kecil
Karya: Chairil Anwar
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

Malam
Karya: Chairil Anwar
Mulai kelam
belum buntu malam
kami masih berjaga
Thermopylae?
jagal tidak dikenal?
tapi nanti
sebelum siang membentang
kami sudah tenggelam hilang

Malam Di Pegunungan
Karya: Chairil Anwar
Aku berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin,
Jadi pucat rumah dan kaku pohonan?
Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin:
Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!

Krawang – Bekasi
Karya: Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

Hampa
Karya: Chairil Anwar
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.

Doa
Karya: Chairil Anwar
kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cahyaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku
Karya: Chairil Anwar
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
13 November 1943

Diponegoro
Karya: Chairil Anwar
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU
Karya: Chairil Anwar
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang

Puisi "Awal yang Baru"

  AWAL YANG BARU Karya Ade Irawan Setiawan   Saat malam mulai datang Suasana sunyi senyap Aku terbujur dalam kekakuan Karena hati ...