PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF
DESKRIPTIF
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
PICTURE AND PICTURE
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X 3 MAN Cijantung Ciamis)
ARTIKEL
JURNAL
disusun
untuk memenuhi salah satu syarat
ujian
sidang Sarjana Pendidikan

oleh
ADE
IRAWAN SETIAWAN
2108110038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
GALUH
CIAMIS
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Artikel ini telah disahkan pada hari ..........................tanggal
..............................
oleh
Ketua Program Studi Bahasa dan
Sastra Indonesia
Teti Gumiati, Dra., M.Pd.
PENINGKATAN KEMAMPUAN
MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF
DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
PICTURE AND PICTURE
(Penelitian
Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X 3 MAN Cijantung Ciamis)
oleh
ADE
IRAWAN SETIAWAN
NIM.
2108110038
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi
oleh adanya kenyataan menunjukan bahwa kemampuan siswa kelas X 3 MAN Cijantung
Ciamis pada umumnya belum mampu menulis paragraf deskriptif dengan diksi atau
pilihan kata yang sesuai. Berdasarkan hasil pembelajaran yang dilakukan guru,
lebih dari 73 % siswa mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yakni 78. Kekurangtepatan penggunaan model pembelajaran adalah
salah satu faktor penyebab siswa belum mampu menulis paragraf deskriptif. Melihat
kondisi itu, perlu diupayakan penggunaan model pembelajaran tertentu untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis paragraf deskriptif. Solusi yang dikedepankan peneliti
adalah dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture. Terdapat dua rumusan masalah yang
tertuang dalam penelitian ini, yaitu: (1) Bagaimanakah langkah-langkah
penggunaan model pembelajaran picture and
picture untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis paragraf
deskriptif?, (2) Bagaimanakah peningkatan kemampuan siswa dalam menulis
paragraf deskriptif setelah digunakan model pembelajaran picture and picture?. Tujuan penelitian ini adalah menjawab kedua
rumusan masalah tersebut. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
menggunkan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Berdasarkan hasil analisis
penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. (1) Langkah-langkah penggunaan model picture and picture dalam pembelajaran
menulis paragraf deskriptif ditempuh dalam empat langkah yakni: (1) perencanaan (planning); (2) pelaksanaan (action);
(3) observasi (observation); dan (4) refleksi. Sementara itu,
langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model picture and picture dilaksanakan sebagai berikut. Kegiatan awal
terdiri dari kegiatan pembukaan pembelajaran dengan mengucapkan salam dan
berdoa, pengondisian kelas, pengecekan kehadiran siswa, dan pemberian motivasi
agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Kegiatan inti meliputi
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Kegiatan akhir dilaksanakan dengan
membuat simpulan pembelajaran dan menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa.
(2) Terdapat peningkatan kemampuan siswa yang signifikan setelah mengikuti
pembelajaran menulis paragraf deskriptif dengan menggunakan model picture and picture. Hal itu dibuktikan
dengan perolehan rata-rata nilai kemampuan awal memperoleh rata-rata nilai
sebesar 68,68 yaitu 14 siswa atau 74,68% belum mencapai KKM, sedangkan 5 siswa
atau 26,31% dinyatakan tuntas. Pada pembelajaran siklus I rata-rata nilai siswa
sebesar 74,73 yaitu 12 siswa atau 63,15% belum mencapai KKM, sedangkan 7 siswa
atau 36,84% dinyatakan tuntas. Pada siklus II rata-rata nilai 90 atau 100%
siswa tuntas.
Kata
Kunci: Menulis Paragraf Deskriptif, Model Picture
and Picture
A. PENDAHULUAN
Keterampilan berbahasa meliputi empat
aspek yaitu keterampilan (1) menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4)
menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut mempunyai hubungan yang sangat
erat dan sama-sama mempunyai kedudukan yang sangat penting. Tarigan (1985: 1) mengemukakan bahwa “Keempat
keterampilan berbahasa pada dasarnya merupakan satu kesatuan, merupakan catur
tunggal”. Khususnya dalam kegiatan menulis, komunikasi yang terjalin ditandai dengan sampainya gagasan penulis kepada
pembaca secara tepat. Menulis merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting
untuk mengekspresikan pikiran seseorang kepada orang lain, dengan memiliki
keterampilan menulis, seseorang dapat mengomunikasikan ide, penghayatan dan
pengalamannya ke dalam bentuk tulisan.
Menulis juga merupakan hasil
berpikir seseorang yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Sebagaimana yang
diungkapkan Suherli (2014: 1) sebagai berikut.
Kegiatan menuangkan gagasan hasil berpikir memang
tidak sama dengan menuangkan air ke dalam gelas. Seorang penulis perlu
pemahaman dan pengalaman dalam menulis. Namun, bukan hal yang sulit memahami
cara menuangkan gagasan ke dalam tulisan. Juga tidak berarti yang belum
berpengalaman tidak mungkin dapat menulis. Seseorang yang rajin menuangkan
gagasan hasil berpikir ke dalam tulisan yang dilakukan setahap demi setahap,
lama-lama akan menjadi pengalaman yang sangat berharga.
Menulis merupakan kemampuan yang
dimiliki seseorang untuk mengungkapan pikiran atau ide yang dimiliki dalam
bentuk tulisan. Jika dibandingkan dengan tiga kemampuan berbahasa yang lain,
kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang
bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki
penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur diluar bahasa itu sendiri yang
akan menjadi isi tulisan. Kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan diantaranya
kemampuan menguasai gagasan, kemampuan menguasai bentuk karangan, kemampuan
menggunakan gaya, dan kemampuan menggunakan ejaan dan tanda baca. Menulis
merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan kegiatan yang
produktif dan ekspresif, oleh karena itu keterampilan menulis tidak akan datang
secara tiba-tiba, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang teratur.
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka
dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan
grafolegi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan
datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak
dan teratur. (Tarigan, 2008: 3).
Menulis merupakan aktivitas
produktif, untuk menghasilkan tulisan yang baik, penulis harus menguasai secara
keseluruhan semua ide dalam pikiran yang akan ditulis dan mendapatkan beberapa
cara untuk mengorganisasikan ide tersebut menurut struktur yang tepat.
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang masih banyak
terdapat kendala dalam mengaplikasikannya. Misalnya saja dalam kegiatan
pembelajaran di kelas, masih banyak siswa yang belum mampu menulis dengan
struktur dan kaidah teks yang baik, misalnya saja dalam hal menulis paragraf
deskriptif. Masih banyak siswa yang belum mampu menulis paragraf deskriptif
sesuai tema/topik yang ditentukan, dan belum mampu menggunakan kata-kata yang
sesuai dengan ketentuan dalam ejaan bahasa Indonesia yang benar.
Salah satu
tuntutan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22
tahun 2006 tentang standar isi KTSP SMK/SMA/MA terdapat Standar Kompetensi 4 yang berbunyi “Mengungkapkan
informasi dalam berbagai bentuk paragraf (naratif, deskriptif, ekspositif)”.
Menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskriptif merupakan salah satu
kompetensi dasar keterampilan menulis yang harus dikuasai oleh siswa kelas X,
khususnya pada jenjang pendidikan menengah atas. Adapun indikator yang harus
dipenuhi diantaranya (1) mengungkapkan tema/topik, (2) menyusun kerangka
paragraf deskriptif, (3) mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi
paragraf deskriptif. Ketentuan inilah yang diusahakan siswa melalui proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Tuntutan seperti
di atas telah diupayakan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang
mengajar di kelas X 3 MAN Cijantung Ciamis. Melalui upaya yang telah ditempuh
itu, diharapkan seluruh siswa berhasil memenuhi tuntutan ketiganya. Harapan ini
ternyata tidak terbukti, hal ini diketahui berdasarkan studi pendahuluan
melalui wawancara dengan guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas
X 3 MAN Cijantung Ciamis, ditemukan kenyataan bahwa 14 dari 19 siswa atau 73
persen siswa mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 78
berarti pembelajaran menulis paragraf deskriptif belum tercapai.
Kekurangmampuan
dipenuhinya ketiga tuntutan tersebut oleh sebagian siswa sangat erat kaitannya
dengan upaya yang dilakukan guru saat itu. Hal ini sesuai dengan pendapat
Mulyasa (2001: 114) sebagai berikut.
Keberhasilan
siswa dalam mencapai hasil belajar yang diharapkan sangat erat kaitannya dengan
upaya yang dilakukan guru untuk itu. Adapun upaya yang mesti dilakukan guru
antara lain (1) ciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan dan memancing
kreativitas siswa untuk belajar melakukan tuntutan indikator kompetensi yang
diharapkan, dan (2) bersikaplah sebagai guru pemenang disaat siswa mengalami
kesulitan dengan cara berikan bantuan yang membelajarkan bukan memberi tahu dan
atau membiarkan.
Berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan, ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa
belum mampu menulis paragraf deskriptif, diantaranya:
a.
keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sulit
dikuasai, karena keterampilan menulis memerlukan daya imajinasi yang besar;
b.
belum optimalnya penggunaan model dan media dalam
pembelajaran menulis.
Faktor pertama
dapat diketahui bahwa siswa kelas X 3 MAN Cijantung Ciamis pada umumnya masih
menghadapi kesulitan dalam menentukan pokok masalah yang menjadi topik
paragraf. Hal ini terjadi karena bagi siswa kegiatan menulis merupakan kegiatan
yang awam dan dirasa sangat sulit. Sebagai pemula dan kurangnya pengetahuan
serta pengalaman dalam menulis maka siswa kesulitan ketika memilih kata pertama
dalam paragraf apalagi harus mengembangkannya menjadi sebuah karangan. Selain
itu, pada umumnya siswa belum tahu langkah-langkah yang harus ditempuh
dalam menulis paragraf deskriptif.
Mereka belum menguasai cara darimana harus mulai melangkah dan siswa masih
sulit menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam bahasa tulis yang baik. Mereka
belum mampu membuat kalimat yang efektif, memilih kata yang tepat, dan
menggunakan tata tulis yang benar.
Sementara faktor
kedua dapat diketahui dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap beberapa
orang siswa kelas X MAN Cijantung Ciamis. Berdasarkan hasil wawancara diketahui
bahwa faktor penyebab belum mampunya siswa dalam menulis paragraf deskriptif
yakni belum optimalnya penggunaan model dan media dalam pembelajaran menulis.
Model yang digunakan kurang variatif sehingga menyebabkan pembelajaran
cenderung membosankan dan kurang mengeksplorasi kemampuan siswa secara
maksimal. Oleh karena itu, perlunya penggunaan model pembelajaran yang inovatif
sehingga mampu menarik perhatian siswa dalam menulis, khususnya dalam menulis
paragraf deskriptif.
Berdasarkan
permasalahan di atas, dalam penelitian ini penulis mengupayakan dengan memilih
model pembelajaran yang tepat, sebagaimana yang dikemukakan oleh Suprijono
(2010: 45) bahwa “Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran
hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada
tingkat operasional di kelas”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu
peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan
mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar.
Penulis tertarik
untuk menggunakan model pembelajaran picture
and picture dalam pembelajaran menulis paragraf deskriptif pada siswa kelas
X 3 MAN Cijantung Ciamis. Alasan
dipilihnya model picture and picture didasarkan
pada pendapat Hamdani
(2010: 89) bahwa “Model picture and picture adalah suatu metode yang menggunakan gambar yang dipasangkan atau
diurutkan menjadi urutan yang logis”. Model pembelajaran
ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Penggunaan
model pembelajaran picture and picture dapat
membantu siswa untuk memusatkan perhatian terhadap materi yang disampaikan.
Model pembelajaran picture and picture dianggap
tepat dan mampu meningkatkan kemampuan
menulis paragraf deskriptif.
B. METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, adalah metode deskriptif.
Pemilihan metode ini terkait dengan penjelasan Arikunto (2010: 3) menjelaskan
bahwa “Penelitian dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau lain-lain
yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan”.
Pada umumnya
tujuan utama penelitian deskriptif
adalah untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik
objek dan subjek yang diteliti secara tepat. Dalam perkembangannya, akhir-akhir
ini metode penelitian deskriptif banyak digunakan oleh peneliti karena dua
alasan. Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan
penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode deskriptif sangat
berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang
pendidikan maupun tingkah laku manusia.
2. Waktu dan Tempat
Penelitian ini
dilaksanakan dengan mengambil lokasi di MAN Cijantung Ciamis, sedangkan waktu
penelitian dijadwalkan dalam waktu sekitar 8
bulan terhitung dari Desember 2014 sampai dengan Juli 2015.
3.
Subjek Penelitian
Subjek
penelitian adalah 2 orang observer, dan 19 orang siswa kelas X 3 MAN Cijantung Ciamis
yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.
4. Prosedur Penelitian
Penelitian dengan judul
pembelajaran menulis paragraf deskriptif dengan menggunakan model picture and picture
dilaksanakan seperti yang terperinci sebagai
berikut.
1. Tahap Perencanaan
ü Menyusun instrumen dan memvalidasinya, baik instrumen untuk perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran menulis
paragraf
deskriptif yang
disajikan dengan menggunakan model picture and picture, maupun instrumen untuk penilaiannya
2. Tahap Pelaksanaan Tiap Siklus
ü Menyusun perencanaan pembelajaran menulis
paragraf deskriptif dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture.
ü Melaksanakan proses pembelajaran menulis
paragraf deskriptif dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture.
ü Melaksanakan observasi pembelajaran menulis
paragraf deskriptif dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture.
ü Mengumpulkan data hasil observasi;
ü Menganalisis data hasil observasi;
ü Mendeskripsikan hasil analisis.
3. Tahap Pelaporan
ü Menyusun
data hasil analisis untuk menjawab pokok masalah penelitian;
ü Menyusun
laporan hasil penelitian.
5. Teknik-teknik
Pengumpulan Data
Teknik-teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Teknik Telaah Pustaka
Teknik
ini dimaksudkan untuk memperoleh berbagai informasi, yaitu dengan cara menelaah
berbagai buku untuk menemukan teori-teori yang menjelaskan data penelitian.
Adapun instrumen yang digunakan dalam teknik ini adalah berupa buku-buku yang
berisi penjelasan tentang model pembelajaran picture and picture.
2.
Teknik
Observasi
Melalui teknik observasi dapat diketahui data
sebagai bukti untuk menjawab pokok permasalahan melalui pengamatan langsung di
sekolah. Instrumen yang digunakan untuk pemerolehan data tersebut adalah lembar
pedoman observasi tentang
langkah-langkah pembelajaran menulis
paragraf deskriptif yang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran
picture and picture.
3. Teknik Pembelajaran
Teknik pembelajaran digunakan sebagai alat untuk menyampaikan materi
pelajaran oleh guru kepada siswa dalam proses belajar mengajar. Instrumen yang
digunakan adalah langkah-langkah penggunaan model picture and picture dalam pembelajaran menulis paragraf deskriptif
melalui media gambar yang belum berurutan.
4. Teknik Tes
Teknik
tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa di akhir pembelajaran pada
setiap siklus. Instrumen yang digunakan adalah soal lembar tes menulis paragraf
deskriptif.
5. Dokumentasi
Teknik
ini digunakan untuk memperoleh
data tertulis mengenai proses pembelajaran
menulis paragraf deskriptif yang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture. Adapun instrumen yang digunakan yaitu dokumentasi proses pembelajaran.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data hasil penelitian yang nantinya akan terkumpul. Keempat
data yang dimaksud, tidak lain adalah berupa data perencanaan pembelajaran, data pelaksanaan
pembelajaran, data prosedur, jenis, dan bentuk pengukuran dalam
pembelajaran, dan data kemampuan siswa dalam pembelajaran. Keempat data
tersebut dianalisis dengan cara sebagai berikut.
1. Setiap indikator pelaksanaan pembelajaran, dianalisis
dengan cara menilai secara objektif baik kualitatif maupun kuantitatif
kesesuaiannya dengan alat ukur yang digunakan, yaitu kriteria langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran berdasarkan tuntutan model picture and picture.
2. Setiap kemampuan siswa yang diperoleh melalui tes dalam
pembelajaran, dianalisis dengan cara menilai secara objektif baik kuantitatif
maupun kualitatif dengan menggunakan kriteria pencapaian kompetensi dasar,
untuk kemudian hasilnya dibandingkan sehingga diperoleh gambaran peningkatan
kemampuan siswa.
C. LANDASAN TEORI
1. Menulis
Keterampilan menulis adalah salah satu aspek dari keterampilan
berbahasa yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Aspek
tersebut merupakan satu kegiatan yang dapat dijadikan sebagai alat komunikasi
secara tidak langsung. Tarigan (2008: 22) menyatakan bahwa “Menulis ialah
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran
grafik itu”.
Dalam KBBI (2006: 987) tertulis bahwa:
Menulis adalah membuat huruf (angka,
dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur dan sebagainya), melahirkan pikiran
atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan, roman
(cerita), mengarang cerita, surat membuat surat, berkirim surat, menggambar,
melukis gambar pemandangan, membatik (kain), lebih mudah mencetak dp kain.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah
kegiatan berbahasa dengan cara menurunkan atau melukiskan lambang-lambang
grafik untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kemampuan dalam bahasa tulis.
Menulis merupakan kegiatan aktif-produktif-kreatif dalam berbahasa.
Untuk menghasilkan tulisan yang baik, penulis harus menguasai secara
keseluruhan semua ide dalam pikiran yang akan ditulis dan mendapatkan beberapa
cara untuk mengorganisasikan ide tersebut menurut struktur yang tepat.
Alwasilah dalam Suherli (2104: 16) berpendapat bahwa “Menulis adalah suatu
proses psikolinguistik, bermula dari formulasi gagasan melalui tuturan
semantik, kemudian ditata dengan aturan sintaksis, selanjutnya disajikan dalam
tatanan sistem tulisan”. Formulasi gagasan ke dalam tulisan itu tidak
sembarangan melainkan disusun berdasarkan tata makna kata dan susunan kalimat.
Kegiatan menulis selain mementingkan unsur pikiran, penalaran, dan
data faktual, juga memerhatikan aspek penggunaan bahasa sehingga menghasilkan
tulisan yang baik. Sebagai gambaran penggunaan bahasa dalam menulis,
dikemukakan oleh O’Shea dalam Suherli (2014: 17) bahwa “Tulisan yang baik itu
cermat dalam penggunaan kata-kata, terbebas dari kata-kata bermakna ganda
(ambigu), mengungkapkan gagasan objektif, ekonomis dalam mengekspresikan
gagasan, dan memperhatikan pembaca”.
2. Paragraf Deskriptif
Paragraf deskriptif adalah paragraf yang isinya menggambarkan atau
menyajikan suatu objek, dalam mendeskripsikan cita rasa, hal atau bunyi
berdasarkan hasil pengindraan panca indra. Senada dengan hal itu Suherli (2014:
83) mengemukakan bahwa “Paragraf deskriptif adalah paragraf yang menyajikan
sesuatu berdasarkan hasil pengindraan penulis”. Penyajiannya dapat dilakukan
dengan cara melukiskan, menggambarkan, memerikan tentang objek atau sesuatu
hal, sehingga pembaca seolah-olah menyaksikan atau mengalaminya, sedangkan menurut
Rusyana dalam Suherli (2014: 83) mengemukakan bahwa “Paragraf deskriptif sering
pula dinamakan paragraf lukisan, karena paragraf ini melukiskan sesuatu secara
rinci”. Pengambaran dalam jenis paragraf ini disajikan secara lengkap
berdasarkan hal-hal yang dapat diamati berdasarkan indra manusia.
Penggambaran yang dilakukan penulis adalah penyajian paragraf
berdasarkan hal-hal yang dapat disaksikan atau diamatinya. Dalam menggambarkan
sesuatu itu, penulis dapat menyertakan bukti berupa gambar, peta, denah, atau
grafik. Penyertaan tersebut merupakan cara yang dilakukan agar pembaca lebih
meyakini peristiwa tersebut. Misalnya, penggambaran daerah yang dianggap rawan
longsor dengan denah akan dapat meyakinkan pembaca dan dapat membayangkan
penggambran tersebut dengan kondisi nyata.
Adapun
karateristik paragraf deskriptif menurut Suherli (2014: 84) adalah:
a. penyajian karangan berupa hal-hal dari hasil
pengamatan atau penginderaan (sesuatu yang dilihat, dirasakan, atau dialami);
b. sajian karangan berupa penggambaran sesuatu
dengan maksud agar pembaca seakan menyaksikan sendiri;
c. penggambaran yang dilakukan dalam karangan
deskriptif dilakukan secara abstrak.
Berikut ini contoh paragraf deskriptif yang dikutip dari Suherli
(2014: 84) sebagai berikut.
Hutan yang Tidak Dipelihara
Pada Minggu, 16 Januari 2005, sekira pukul
11.20, Kali Pedut di kali Keling, Jepara meluap dengan menggelontorkan lumpur
coklat kehitam-hitaman. Peristiwa itu menjadi tontonan warga yang kebetulan
melintas di jalan raya antara Tayu-Jepara.
Luapan air di Kali Pedut berbeda dengan di
Kali Geulis. Dari luar tampak luapan air di Kali Geulis berwarna coklat biasa,
sedangkan banjir yang terjadi di lingkungan sekitar Kali Pedut, kondisi airnya
coklat kehitam-hitaman dan bau yang tidak sedap. Dari air yang menggelontor di
ujung sungai itu tampak sampah-sampah rumah tangga yang sudah membusuk.
Hutan di daerah hulu sungai itu ternyata sudah
tidak dipelihara dan dari jauh tampak gundul. Kerusakan hutan tersebut akibat
penebangan liar yang tidak terkendalikan. Akhir-akhir ini warga setempat
memenuhi kebutuhannya banyak megandalkan kekayaan alam. Penebangan pohon di
hutan dengan semena-mena itu membuat hutan semakin gundul dan tidak dapat
mengatur sirkulasi air. Ketika hujan turun, erosi tidak dapat dicegah lagi. Di
samping itu, longsor juga tampak di beberapa lereng, di daerah hulu sungai
(Suara Merdeka, Januari 2005 [dengan penyesuaian]).
Pada paragraf deskriptif di atas tampak penggambaran suatu peristiwa
dan keadaan. Paragraf pertama menggambarkan peristiwa banjir. Paragraf kedua
menggambarkan luapan air Kali Padut. Paragraf ketiga menggambarkan hutan yang
tidak dipelihara. Paragraf di atas memberikan gambaran tentang peristiwa banjir
dan penyebabnya.
3. Langkah-langkah Menulis Paragraf Deskriptif
Langkah-langkah menulis paragraf deskriptif
adalah sebagai berikut.
1. Menentukan tema.
Langkah
awal dalam membuat suatu paragraf atau karangan deskriptif adalah menentukan
tema atau topik. Tema dapat diartikan sebagai suatu pokok pikiran, sedangkan
topik adalah pokok pembicaraan. Dalam menentukan tema atau topik penulis harus
betul-betul menguasai permasalahan apa yang akan ditulis. Jadi, agar tema atau
topik benar-benar terwujud pilihlah topik yang benar-benar menarik perhatian.
2.
Mengumpulkan
data.
Untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, perlu mencari bahan berupa keterangan-keterangan yang berhubungan
dengan tema atau topik yang telah ditentukan. Kegiatan mengumpulkan data dapat
dilkukan dengan melakukan observasi atau pengamatan tentang suatu objek yang
akan dijadikan bahan dalam menulis paragraf deskriptif.
3. Menganalisis data.
Langkah
selanjutnya setelah data terkumpul adalah menganalisis data yang dapat disusun
menjadi sebuah kerangka paragraf deskriptif. Data yang diperoleh diuraikan
menjadi beberapa kerangka paragraf deskriptif. Kerangka paragraf merupakan
pedoman atau acuan tentang hal-hal apa saja yang akan ditulis sehingga tulisan
menjadi jelas dan terarah.
4. Membuat paragraf.
Langkah
selanjutnya setelah menganalisis data dan menyusun kerangka paragraf, hal yang
dilakukan adalah mengembangkan kerangka menjadi sebuah paragraf deskriptif yang
utuh. Dalam menyusun paragraf deskriptif ada beberapa unsur yang harus
diperhatikan, yaitu (1) gagasan yang dikemukakan harus sesuai tema/topik, (2)
organisasi isi atau urutan peristiwa digambarkan secara jelas, (3) menggunakan
diksi atau pilihan kata sesuai dengan ejaan yang disempurnakan.
4. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil
penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurukukum dan implikasinya pada
tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai
pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi
petunjuk guru di kelas.
Suprijono (2010: 46) mengatakan bahwa “Model pembelajaran ialah pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun
tutorial”. Senada dengan itu, Arends dalam Suprijono (2010: 46) mengatakan
“Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan, termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas”. Oleh karena itu, model
pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar.
Merujuk pemikiran Joyce dalam Suprijono (2010:
46), “Fungsi model adalah each model
guides us as we design intruction to help students achieve various objectives”.
Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan
informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model
pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
5. Model Picture
and Picture
Model pembelajaran merupakan bagian yang
sangat penting dalam pengajaran, karena setiap guru jika ingin mengembangkan
siswa di dalam kelas harus bekerja keras untuk memberikan model pembelajaran
yang kreatif. Menurut Joyce & Weil dalam Rusman (2012: 133) berpendapat bahwa “Model pembelajaran adalah
suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain”.
Senada dengan hal itu Mills dalam Suprijono
(2010: 45) berpendapat bahwa “Model adalah bentuk representasi akurat sebagai
proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba
bertindak berdasarkan model itu”. Model merupakan interpretasi terhadap hasil
observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru harus
benar-benar dipikirkan secara sistematis.
Picture and picture adalah suatu model pembelajaran dengan menggunaan media gambar.
Hamdani (2010: 89) mengemukakan bahwa “Model picture and picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan
gambar yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang logis”. Dalam
operasionalnya gambar-gambar dipasangkan satu sama lain atau bisa jadi
diurutkan menjadi urutan yang logis.
Model pembelajaran picture and picture merupakan
salah satu bentuk pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran picture and
picture memiliki ciri aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Model
pembelajaran hendaknya selalu menekankan aktifnya siswa dalam setiap proses
pembelajaran. Inovatif artinya setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu
yang baru, berbeda dan selalu menarik minat siswa. Kreatif artinya setiap
pembelajaran harus menimbulkan minat kepada siswa untuk menghasilkan sesuatu
atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metoda, teknik atau
cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses
pembelajaran. Prinsip dasar dalam model pembelajaran picture and picture adalah
sebagai berikut.
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung
jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya;
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus
mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama;
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi
tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya;
d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai
evaluasi.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi
kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya;
f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif
.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.
Analisis Langkah-langkah Pembelajaran
dengan Menggunakan Model Picture and
Picture dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Deskriptif
a.
Analisis Langkah-langkah Siklus I
Proses pembelajaran menulis paragraf
deskriptif dengan menggunakan model picture
and picture di kelas X 3 MAN Cijantung Ciamis pada siklus I, telah
dilaksanakan dan tidak menyimpang dari rencana. Setiap tahapan yang ditempuh
telah menggambarkan proses penelitian tindakan kelas sebagaimana dikemukakan
oleh Arikunto (2010: 16), bahwa “Dalam penelitian tindakan kelas dilakukan
melalui proses yang dinamis dan kompelentari yang terdiri dari empat momentun
essensial, yaitu: (1) penyusunan rencana (planning), pelaksanaan (acting),
observasi (observation); dan refleksi (reflection)”. Hal ini berarti, prosesi yang telah ditempuh
peneliti, benar.
Rencana (planning) pembelajaran
yang disusun terdiri atas komponen-komponen pembelajaran menulis paragraf
deskriptif dengan menggunakan model picture
and picture di kelas X 3 MAN Cijantung Ciamis. Rencana pembelajaran
tersebut merupakan hasil refleksi dari hasil pembelajaran awal. Oleh karena
itu, tentu saja segala sesuatunya diprioritaskan untuk mendongkrak kesulitan
guru dalam membelajarkan siswa yang lebih berimbas pada hasil belajar dan
aktivitas belajar siswa tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk
mendongkraknya menggunakan model picture and picture.
Pelaksanaan (acting) pembelajaran menulis paragraf deskriptif dengan menggunakan
model picture and picture di kelas X
3 MAN Cijantung Ciamis pada siklus I, terbukti tidak berjalan sesuai dengan
rencana. Hal ini disebabkan karena guru dan siswa tidak terbiasa dengan kondisi
pembelajaran seperti ini. Hal ini memang sangat dirasakan, baik oleh guru
maupun siswa. Namun hal itu tidak berlangsung sampai akhir, dalam arti secara
bertahap mengalami perubahan, sesuai dengan upaya yang dilakukan guru. Upaya
tersebut didasarkan pada pemahamannya
terhadap langkah-langkah yang seharusnya ditempuh. Bertindak situasional dalam
memberdayakan setiap langkah itu, telah mewarnai aktivitas guru pada saat
membimbing, mengarahkan siswa agar belajar dalam konteks yang diinginkan. Walau
tidak terlaksana secara optimal, hal ini masih beruntung daripada menyalahi sama sekali.
Pengamatan (observing) dilakukan
oleh guru yang menjadi observer dengan menggunakan lembar observasi yang telah
disediakan. Adapun hal-hal yang diamati
difokuskan pada aktivitas guru dalam membelajarkan dan aktivitas belajar siswa
saat menempuh prosesi pembelajaran dengan
model picture and picure.
Tidak satupun langkah yang terlewat pada saat pengamatan. Oleh karenanya hasil
yang diperoleh cukup memberikan arti untuk dijadikan bahan refleksi atau
diskusi oleh peneliti dengan guru yang menjadi observer. Dengan adanya tahapan
ini data yang diperoleh benar-benar
objektif dan lepas dari perkiraaan subjektif yang dapat menimbulkan bias
bagi siapapun, terutama bagi pokok masalah penelitian. Untuk kemudian perolehan
hasil pengamatan tersebut direfleksi (reflecting) agar dapat diketahui
artinya yang sebenarnya dari prosedur perbaikan
pembelajaran ini pada siklus I.
Hasil refleksi menunjukkan ada perubahan
walau belum optimal, baik dalam hal aktivitas belajar siswa, aktivitas belajar
guru dalam membelajarkan siswa maupun hasil belajar siswa. Untuk
memperbaikinya, peneliti serta guru observer merasa sepakat agar pada siklus
II, menempuh langkah-langkah untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan
keberhasilan yang telah dicapai, yaitu melalui motivasi siswa agar belajar
lebih aktif, mengintensifkan bimbingan, dan memberikan pengakuan atau
pengahargaan (reaward) kepada siapapun siswa yang berhasil menempuh
proses belajar sebagaimana yang diharapkan. Langkah-langkah tersebut dipandang
sebagai satu kebijakan yang normatif
yang dituangkan dalam rencana perbaikan pembelajaran
siklus II.
b. Analisis Langkah-langkah Siklus II
Tidak jauh berbeda dengan kegiatan
perbaikan pembelajaran siklus I, dalam
siklus II pun diawali dengan tahapan menyusun rencana (planning) berdasarkan hasil
refleksi terhadap hasil pembelajaran siklus I. Ada sedikit yang berbeda dengan
rencana perbaikan pembelajaran siklus
I, yaitu pada langkah-langkah pembelajaran
siswa berubah ke arah aktivitas dan
hasil belajar yang diharapkan. Perbedaaanya sangat jelas, yaitu pada siklus II
terdapat upaya memotivasi, membimbing secara intensif, dan pemberian
penghargaaan kepada siswa yang berhasil merespon setiap langkah yang
diberdayakan berdasarkan hasil refleksi terhadap langkah-langkah pembelajaran
pada siklus I. Upaya seperti itu tidak
ada pada pembelajaran siklus I. Hal ini berarti perencanaan yang dikembangkan
untuk kepentingan pembelajaran siklus II, dimulai lebih matang.
Memasuki tahap
pelaksanaan (acting), guru dan siswa
berusaha sepenuh hati
melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai
dengan rencana. Aktivitas guru baik saat
menyampaikan materi, maupun saat melaksanakan aktivitas tindak
lanjut tampak semakin lancar dan penuh pertimbangan.
Sehingga tidak satu kendalapun yang dihadapinya. Proses pembelajaran yang
terjadi lebih hidup dan lebih semangat dari pembelajaran sebelumnya. Hal ini
bisa dimaklumi bersama, sebab adanya
usaha guru yang lebih kreatif, membangkitkan semangat siswa dalam pembelajaran.
Demikian pun dengan siswa atas dasar itu
penilaian yang diberikan observator yang mengamati kegiatan
pembelajaran secara langsung, memberi nilai lebih baik terhadap aktivitas dan
hasil belajar siswa yang sebelumnya diklaim kurang berhasil, baik oleh peneliti maupun observator.
Hasil pengamatan observator menunjukkan
bahwa proses pembelajaran pada siklus
II, benar-benar memuaskan. Seluruh siswa mengalami peningkatan hasil belajar.
Pada tahap refleksi peneliti dan
observator mencoba melakukan analisis dan menginterpretasikan hasilnya, yang
menunjukkan telah terjadi perubahan ke arah yang lebih baik, baik pada guru
maupun pada siswa. Atas dasar itu pula seluruh siswa berhasil memenuhi standar
ketuntasan minimal, sehingga tidak perlu dilakukan perbaikan pembelajaran
siklus berikutnya.
2. Analisis Peningkatan Kemampuan
Menulis Paragraf Deskriptif setelah Mengikuti Pembelajaran dengan Menggunakan
Model Picture and Picture pada Siklus
I dan Siklus II
Setelah
dilakukan analisis terhadap ketiga
indikator yang dijadikan tolak ukur
keberhasilan dalam penelitian ini, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
terdapat peningkatan kemampuan siswa dalam menulis paragraf deskriptif. Hal ini
terbukti dengan adanya peningkatan hasil kemampuan siswa dari nilai rata-rata
74,73 di siklus I menjadi nilai rata-rata 90 di siklus II.
Berdasarkan
hasil analisis peningkatan kemampuan siswa di atas, maka tampak peningkatan
antara masing-masing siklus sebagai berikut.
Tabel
4.10
Rekapitulasi
Hasil Penelitian Masing-masing
Siklus
Keterangan
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Jumlah
|
1420
|
1710
|
Rata-rata
|
74,73
|
90
|
Selisih
|
15,27
|
Rekapitulasi
peningkatan kemampuan siswa dalam menulis paragraf deskriptif dengan
menggunakan model picture and picture
pada siklus I dan II disajikan
secara garis besar. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar
peningkatan dari mulai hasil belajar siklus I ke hasil
belajar siklus II. Serta rekapitulasi dari hasil belajar awal sampai hasil
siklus kedua. Adapun
hasil belajar siswa menulis paragraf
deskriptif dengan menggunakan model picture
and picture disajikan pada tabel
berikut.
Tabel
4.11
Rekapitulasi
Hasil Belajar Siswa dalam Menulis Paragraf Deskriptif
dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Picture
and Picture
Siklus I
dan Siklus II
No
|
Kemampuan
Awal
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
Keterangan
|
||||||
Nama
Siswa
|
Nilai
|
Kategori
|
Nama
Siswa
|
Nilai
|
Kategori
|
Nama
Siswa
|
Nilai
|
Kategori
|
|
|
1
|
Subjek
01
|
65
|
BM
|
Subjek
01
|
70
|
BM
|
Subjek
01
|
85
|
M
|
Ada
Peningkatan
|
2
|
Subjek
02
|
60
|
BM
|
Subjek
02
|
85
|
M
|
Subjek
02
|
90
|
M
|
Ada
Peningkatan
|
3
|
Subjek
03
|
80
|
M
|
Subjek
03
|
80
|
M
|
Subjek
03
|
95
|
M
|
Ada
Peningkatan
|
4
|
Subjek
04
|
70
|
BM
|
Subjek
04
|
65
|
BM
|
Subjek
04
|
85
|
M
|
Ada
Peningkatan
|
5
|
Subjek
05
|
60
|
BM
|
Subjek
05
|
70
|
BM
|
Subjek
05
|
85
|
M
|
Ada
Peningkatan
|
6
|
Subjek
06
|
65
|
BM
|
Subjek
06
|
70
|
BM
|
Subjek
06
|
90
|
M
|
Ada
Peningkatan
|
7
|
Subjek
07
|
70
|
BM
|
Subjek
07
|
70
|
BM
|
Subjek
07
|
90
|
M
|
Ada
Peningkatan
|
8
|
Subjek
08
|
80
|
M
|
Subjek
08
|
70
|
BM
|
Subjek
08
|
90
|
M
|
Ada
Peningkatan
|
9
|
Subjek
09
|
65
|
BM
|
Subjek
09
|
75
|
BM
|
Subjek
09
|
85
|
M
|
Ada
Peningkatan
|
10
|
Subjek
10
|
65
|
BM
|
Subjek
10
|
70
|
BM
|
Subjek
10
|
85
|
M
|
Ada
Peningkatan
|
11
|
Subjek
11
|
60
|
BM
|
Subjek
11
|
65
|
BM
|
Subjek
11
|
85
|
M
|
Ada
Peningkatan
|
12
|
Subjek
12
|
65
|
BM
|
Subjek
12
|
75
|
BM
|
Subjek
12
|
90
|
M
|
Ada
Peningkatan
|
13
|
Subjek
13
|
80
|
M
|
Subjek
13
|
85
|
M
|
Subjek
13
|
100
|
M
|
Ada
Peningkatan
|
14
|
Subjek
14
|
70
|
BM
|
Subjek
14
|
85
|
M
|
Subjek
14
|
90
|
M
|
Ada
Peningkatan
|
15
|
Subjek
15
|
80
|
M
|
Subjek
15
|
85
|
M
|
Subjek
15
|
100
|
M
|
Ada
Peningkatan
|
16
|
Subjek
16
|
65
|
BM
|
Subjek
16
|
80
|
M
|
Subjek
16
|
95
|
M
|
Ada
Peningkatan
|
17
|
Subjek
17
|
80
|
M
|
Subjek
17
|
85
|
M
|
Subjek
17
|
100
|
M
|
Ada
Peningkatan
|
18
|
Subjek
18
|
65
|
BM
|
Subjek
18
|
70
|
BM
|
Subjek
18
|
85
|
M
|
Ada
Peningkatan
|
19
|
Subjek
19
|
60
|
BM
|
Subjek
19
|
65
|
BM
|
Subjek
19
|
85
|
M
|
Ada
Peningkatan
|
|
Jumlah Skor
|
1305
|
-
|
Jumlah Skor
|
1420
|
-
|
Jumlah Skor
|
1675
|
-
|
Ada
Peningkatan
|
|
Rata-rata
|
68,68
|
BM
|
Rata-rata
|
74,73
|
BM
|
Rata-rata
|
90
|
M
|
Ada
Peningkatan
|
|
Persentase Keberhasilan
|
26,31%
|
|
Persentase
Keberhasilan
|
36,84%
|
|
Persentase
Keberhasilan
|
100%
|
|
|
Lebih
jelasnya mengenai perbandingan hasil peningkatan kemampuan siswa kelas X 3 MAN
Cijantung Ciamis setelah mengikuti perbaikan pembelajaran terlihat dalam grafik
sebagai berikut.
Grafik
4.1
Perbandingan
Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Deskriptif
dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Picture
and Picture Per Siklus
3.
![]() |
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Berdasarkan
tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa peningkatan kemampuan siswa
dalam pembelajaran menulis paragraf deskriptif dengan menggunakan model
pembelajaran picture and picture, pada
tiap siklusnya mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil rata-rata
nilai dan kemampuan meningkat setelah peneliti menggunakan model pembelajaran picture and picture pada tindakan siklus
I dan siklus II. Rata-rata nilai pada kemampuan awal siswa adalah 68,68 dan
hanya 5 siswa atau 26,31 % yang dinyatakan mampu, pada siklus I rata-rata nilai
yaitu 74,73 dan hanya 7 siswa atau 36,84% yang dinyatakan mampu, sedangkan
siklus II rata-rata nilai 90 dan seluruh siswa yang berjumlah 19 dinyatakan
mampu atau 100%.
E. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh beberapa
simpulan sebagai berikut.
a)
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran
menulis paragraf deskriptif dengan menggunakan model picture and picture, yaitu:
1. Kegiatan
Awal
Pada saat kegiatan awal
dilaksanakan guru mengawali kegiatan dengan melakukan apersepsi, melalui tanya
jawab dengan siswa sehubungan dengan
materi yang akan dipelajari. Hal ini
untuk menguji sejauh mana
pengetahuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan, kemudian
menjelaskan langkah-langkah belajar dan tujuan belajar yang harus dicapai oleh
siswa, dan saling memotivasi.
2.
Kegiatan Inti
Mengawali kegiatan inti, pada tahap eksplorasi siswa mempersiapkan diri
untuk mengikuti pembelajaran, siswa mengajukan pertanyaan yang diajukan guru
dan mendengarkan penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran selama dan
setelah proses pembelajaran berlangsung. Guru menjelaskan konsep pembelajaran menulis
paragraf deskriptif dengan menggunakan model picture and picture. Guru membentuk kelompok diskusi yang terdiri
dari 4 orang. Masing-masing kelompok diberikan sebuah contoh paragraf
deskriptif, kemudian siswa dalam kelompok mengamati dan berdiskusi untuk
mengidentifikasi karakteristik paragraf deskriptif.
Pada saat elaborasi guru melakukan pembelajaran dengan menggunakan model picture and picture, dengan gambar
sebagai media utamanya. Guru memperlihatkan gambar-gambar yang belum beruturan
sebagai bahan dalam menulis paragraf deskriptif. Masing-masing siswa dalam
kelompok mendapat giliran untuk mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis.
Guru menayakan alasan dasar pemilihan urutan gambar tersebut, dan siswa lain
menanggapi. Setelah gambar tersusun logis, guru mulai menanamkan konsep materi
pembelajaran menulis paragraf deskriptif dari gambar yang disajikan. Guru
memberikan tugas kepada masing-masing siswa dalam kelompok untuk mengungkapkan
tema/topik dari gambar yang sudah tersusun logis, membuat kerangka paragraf,
dan mengembangkan kerangka tersebut menjadi paragraf deskriptif dengan
memperhatikan diksi atau pilihan kata yang sesuai. Setiap siswa dalam kelompok
diminta untuk melaporkan hasil pekerjaannya.
Pada tahap konfirmasi, guru bertanya kepada siswa seputar materi pembelajaran
dan siswa menjawab pertanyaan guru. Siswa menerima pemantapan dari guru
sehubungan dengan hasil proses belajar yang telah ditempuhnya.
3.
Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir yang terdiri atas
langkah-langkah yang telah direncanakan benar-benar ditempuh oleh peneliti dan siswa. Dengan diawali oleh upaya
memotivasi siswa guru memberikan rangkuman/simpulan dari kegiatan pembelajaran
menulis paragraf deskriptif sebelum menempuh tes formatif. Barulah setelah itu
peneliti mengintruksikan kepada seluruh
siswa agar mereka mempersiapkan diri untuk melaksanakan tes formatif. Kegiatan
tes formatif berjalan dengan tertib
karena adanya pengawasan yang dilakukan oleh peneliti. Mengakhiri kegiatan
akhir penggunaan model picture and picture pada siklus I peneliti dan siswa saling menyampaikan pesan dan kesan
yang dirasakan oleh masing-masing.
b) Terdapat
peningkatan kemampuan siswa dalam menulis paragraf deskriptif di kelas X 3 MAN
Cijantung Ciamis, setelah menggunakan model picture
and picture. Peningkatan ini dapat diketahui dari 19 siswa dari kemampuan
awal sebelum menggunakan model picture
and picture yaitu indikator menentukan topik dengan rata-rata nilai 15,78,
indikator menyusun kerangka dengan rata-rata 21,57, indikator mengembangkan
kerangka menjadi paragraf deskriptif dengan rata-rata nilai 31,57, sehingga
rata-rata nilai kemampuan awal siswa adalah 68,68 dengan persentase
keberhasilan sebesar 26,31%. Pada pembelajaran siklus I, indikator kemampuan
menentukan topik dengan rata-rata nilai 17,10, indikator menyusun kerangka
dengan rata-rata nilai 23,42, indikator mengembangkan kerangka menjadi paragraf
deskriptif dengan rata-rata nilai 34,21, sehingga rata-rata nilai kemampuan
menulis paragraf deskriptif pada siklus I adalah 74,73 dengan persentase
keberhasilan sebesar 36,84%. Pada pembelajaran siklus II, indikator kemampuan
menentukan topik dengan rata-rata nilai 20, indikator menyusun kerangka dengan
rata-rata nilai 27,36, indikator mengembangkan kerangka menjadi paragraf
deskriptif dengan rata-rata nilai 42,63, sehingga rata-rata nilai kemampuan
menulis paragraf deskriptif pada siklus II adalah 90 dengan persentase
keberhasilan sebesar 100%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa
terjadi peningkatan kemampuan yang signifikan dalam menulis paragraf deskriptif
dengan model picture and picture, siswa
merasa mampu dan aktif saat pembelajaran. Siswa juga senang karena di kelas
tidak merasa bosan, juga lebih mudah dalam menyusun paragraf deskriptif. Selain
itu, siswa lebih mampu dalam mengungkapkan tema/topik dari gambar yang
ditampilkan, menyusun kerangka paragraf, dan mengembangkan kerangka menjadi
paragraf deskriptif.
2. Saran
Berdasarkan
simpulan di atas, penulis menarik beberapa saran sebagai berikut.
a. Hendaknya
guru mampu menciptakan suasana belajar yang nyaman, mengasyikkan dan
meningkatkan rasa semangat siswa, agar siswa tidak merasa bosan pada saat
pembelajaran berlangsung.
b. Model
picture and picture ini sangat cocok
digunakan guru karena model ini menuntut siswa untuk lebih aktif dan berpikir
kritis, sehingga memunculkan ide-ide untuk menulis khususnya dalam kegiatan
menulis paragraf deskriptif.
c. Model
picture and picture juga efektif
untuk dijadikan model pembelajaran, dengan demikian diharapkan guru tidak hanya
menggunakan model ini pada pembelajaran menulis paragraf deskriptif tapi pada
pembelajaran lain.
d. Kemampuan
siswa dalam pembelajaran menulis paragraf deskriptif dengan menggunakan model picture and picture menunjukan
peningkatan yang signifikan. Maka dari itu, diharapkan guru bahasa Indonesia
khususnya di MAN Cijantung Ciamis mau menggunakan model ini dalam pembelajaran
untuk meningkatkan kompetensi-kompetensi lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus, dkk. 2012. Kemampuan Menulis & Berbicara Akademik. Jakarta: Rizqi Press.
Arifin, E. Zenal dan S. Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akapress.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Saiful. Bachri.
2010. Guru & Anak Didik Dalam
Interaksi Edukatif Satuan Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta: Rineka
Cipta.
Departemen Pendidikan. 2005. KBBI. Jakarta: Balai Pustaka.
Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Kusmana, Suherli. 2007. Menulis Karangan Ilmiah Kajian dan Penuntun Dalam Menyusun Karya Tulis
Ilmiah. Depok: Arya Duta.
Kusmana, Suherli. 2014. Kreativitas Menulis. Yogyakarta: Ombak.
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Syamsuddin A.R. 2006. Kompetensi Berbahasa
dan Sastra Indonesia Kelas X. Surakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Ade Irawan Setiawan, lahir di Kabupaten
Ciamis, 1
Januari 1990. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara buah hati dari pernikahan Bapak Komarudin dan
Ibu Rohmah. Penulis tinggal di Dusun Cipeundeuy RT 02 / RW 01, Desa Ciharalang,
Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis.
Riwayat
pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain, mengawali pendidikan
di TK Harapan Mekar lulus pada tahun 1996, kemudian melanjutkan ke SD Negeri 2 Ciharalang lulus pada tahun 2002, kemudian melanjutkan ke sekolah menengah
pertama di SMP Negeri 1 Cijeungjing, lulus pada tahun 2005. Setelah itu penulis melanjutkan ke sekolah
menengah atas di SMA Negeri 2 Ciamis jurusan IPS, lulus pada tahun 2008.
Setelah
lulus dari SMA Negeri
2 Ciamis, kemudian penulis
melanjutkan studi ke Universitas Galuh Ciamis dan masuk ke Fakultas Kegururan
dan Ilmu Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Saat
menyelesaikan tugas akhirnya, penulis melakukan penelitian dan menulis karya
tulis ilmiah atau skripsi dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Deskriptif dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Picture and Picture
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X 3 MAN Cijantung Ciamis)”.
No comments:
Post a Comment